Ulat Sagu, Kuliner ‘Serem’ Namun Kaya Nutrisi

Bagi sebagaian dari kita mendengar kata ulat saja sudah terbayang seram dan bisa-bisa menimbulkan rasa mual. Tapi tidak dengan Ulat Sagu. Ulat Sagu merupakan ulat yang biasa terdapat di pohon Sagu. Masyarakat Papua khususnya Sorong dan Sentani kemudian menjadikan ulat sagu sebagai makanan khasnya.
Ulat Sagu oleh masyarakat Papua khususnya yang berasal dari Sagu Apatar kerap diolah dengan beragam metode. Mulai dari yang dimasak dengan bumbu hingga dimakan mentah-mentah.
BACA JUGA: Sagu Lempeng, Roti Tawar Khas Papua Cocok Jadi Teman Ngopi
Salah satu kuliner olahan ulat sagu ialah sagu apatar. Jenis olahan ini jamak ditemukan di beberapa wilayah Papua. Sagu apatar adalah aci sagu dan ulat sagu yang dibungkus dengan daun sagu. Setelahnya, bungkusan berisi aci sagu dan ulat sagu dibakar dengan arang selama 15-25 menit hingga matang.

Ulat Sagu diolah dengan beberapa cara mulai dari dimasak atau dimakan mentah-mentah.(Dok/papuaprov.go.id)
Olahan kuliner ulat sagu tidak sampai di situ, karena masih banyak lagi kreasi yang sudah dilakukan, contohnya seperti; roti dengan isi ulat sagu, sop ulat sagu, spageti dengan irisan ulat sagu, bakwan, nasi goreng ulat sagu, bakso ulat sagu, keripik ulat sagu, serundeng, dan abon.
Namun, di balik sisi “seramnya”, ulat sagu menyimpan fakta menarik yakni tingginya nutrisi yang di kandungnya. Kadar nutrisi ulat sagu membantu kesehatann tubuh.

Ada juga Ulat Sagu yang dimakan mentah-mentah.(Dok/papuaprov.go.id)
Ulat sagu memiliki kandungan protein, bebas kolesterol, tetapi sebagian besarnya mengandung lemak. Ulat sagu menjadi menu tambahan bagi masyarakat pesisir Papua, karena tidak setiap saat akan dijumpai ulat ini. Untuk seratus gram ulat sagu, mengandung 181 kalori dengan 6,1 gram protein dan 13,1 gram lemak.
Adanya kadar protein pada ulat sagu bahkan masih terjaga ketika dijadikan tepung ulat sagu. Dalam jurnal karya Ariani dkk mengenai manfaat tepung ulat sagu yang tercantum pada Jurnal Gizi Indonesia menyebutkan kandungan zat gizi tepung ulat sagu sebanyak 100 gram ialah 33,68 persen.

Ulat Sagu layak jadi kuliner yang harus dicoba saat berwisata ke Papua.(Dok/papuaprov.go.id)
Selain menjadi asupan gizi, ulat sagu juga dipercaya dapat mengobati malaria dan menurunkan berat badan orang yang mengonsumsinya. Tepung sagu yang sudah disebutkan sebelumnya juga bermanfaat bagi tubuh karena mengandung zat antioksidan yang mampu menghambat stres oksidatif akibat infeksi. Di dalam tubuh, zat antioksidan ini dapat mengurangi munculnya kerusakan jaringan normal akibat paparan radikal bebas.
Kamu ingin mencicipi Ulat Sagu? Yuk berwisata kuliner ke Papua.
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar