Perjuangan UMKM Tetap Bertahan Saat Pandemi COVID-19

26 Aug 2022
  • BAGIKAN
  • line
Perjuangan UMKM Tetap Bertahan Saat Pandemi COVID-19

Para pelaku usaha mikro kecil dan menengah(UMKM) terpaksa harus putar otak untuk bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19. Hampir tiga tahun, pelaku UMKM mencoba untuk tetap produksi meski permintaan dari konsumen cenderung menurun.

Ada beberapa siasat dan cara yang dilakukan pelaku UMKM agar usahanya tetap berjalan salah satunya dengan terpaksa mengurangi atau merumahkan puluhan pekerjanya. Hal inilah yang dilakukan oleh produsen kerupuk aci, Pabrik Kerupuk Jaya Putra yang berlokasi di Margaasih, Kabupaten Bantung, Jawa Barat.

BACA JUGA: Napas Panjang UMKM Surabaya Bangun Kampung Kue

Selain merumahkan karyawan supaya bisa bertahan dari lesunya permintaan akibat pandemi COVID-19, UMKM produsen kerupuk ini juga menurunkan kapasitas produksinya. Terlebih saat gejolak kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng di masyrakat, pabrik kerupuk yang sudah beroperasi belasan tahun tersebut produksinya terhambat. Hal ini berdampak pada omzet atau keuntungan penjualannya ikut turun hingga 50 persen dari penjualan sebelumnya.

pelaku umkm menjual secara online

Para pelaku UMKM dituntut memiliki kecakapan digital.(Dok/kemenkopukm.go.id)

Pakar marketing Rhenald Khasali menganjurkan agar para pelaku UMKM harus memiliki kecakapan digital. Karena Pandemi COVID-19 ini menjadi masa paling sulit bagi pelaku UMKM. Tentu saja para pelaku UMKM harus mendapat dukungan dari semua pihak baik pemerintah maupun swasta. Kecakapan digital jelas bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan dalam bidang pemasaran secara online. Karena adanya kebijakan pembatan sosial mengubah kebiasaan masyarakat dalam berbelanja.

Dilansir dari kemenkopukm.go.id, pemerintah sendiri sudah menyiapkan skenario untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebagai respon atas penurunan aktivitas masyarakat yang berdampak pada ekonomi, khususnya sektor informal atau UMKM. Sebab bagaimanapun, sektor UMKM memegang peranan penting untuk menggerakkan ekonomi domestik. Apalagi pelaku usaha di Indonesia mayoritas UMKM, yang jumlahnya mencapai 64 juta. Selain itu, UMKM menyerap 97 persen dari total tenaga kerja dan 99 persen dari total lapangan kerja.

Meski begitu, bantuan saja tidaklah cukup. Pelaku UMKM harus memutar otak agar bisa bertahan di tengah situasi dan kondisi yang tidak pasti saat pandemi. Seperti yang dilakukan Hendro Rahmandani (33).

usaha kue dijual secara online

Pelaku UMKM seperti penjual kue melakukan penjualan secara online.(Dok/kemenkop.go.id)

Pelaku konveksi dan sablon yang ada di kawasan Bekasi, Jawa Barat ini, tengah menanggung nestapa. Selain sulit mendapatkan bahan baku, ia juga mengalami kesulitan untuk mengatur aliran kas (cash flow) usaha konveksi dan sablonnya. Sementara biaya produksi seperti listrik serta cicilan bank hingga gaji untuk sembilan karyawannya harus tetap dibayarkan. Di kondisi seperti ini, Hendro pun mengaku mesti putar otak. Salah satunya, ia saat ini tengah mengerjakan pekerjaan selingan dengan membuat masker kain.

Hendro adalah salah satu pelaku UMKM dari sekian banyak UMKM yang terpukul dan harus putar otak untuk bisa bertahan di tengah lesunya ekonomi saat pandemi. Tak terkecuali warung-warung kecil seperti pedagang warung kelontong yang juga merupakan bagian dari UMKM.

Sebagai bagian dari UMKM, pedagang warung punya peran penting di tengah situasi saat ini. Mereka adalah penjaga warga, yang tanpa kita sadari ketika kita membutuhkan barang sehari-hari, warung merupakan tempat terdekat yang bisa memenuhinya. Oleh sebab itu, kita perlu mendukung UMKM terutama para pedagang warung. Peran serta swasta juga diperlukan untuk membantu UMKM.

pemilik warung hadapi pandemi covid

Dengan bergabung dengan marketplace, para pelaku umkm warung bisa bertahan.(Dok/kemenkopukm.go.id)

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya mengenai pergeseran perilaku konsumen di masa pandemi, melakukan belanja online nyatanya menjadi pilihan favorit konsumen untuk memenuhi keinginan serta kebutuhan di masa social distancing ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil survey Badan Pusat Statistik mengenai transaksi jual beli online. Hasilnya, angka penjualan online melonjak tajam sejak adanya arahan social distancing dari pemerintah. Terhitung pada bulan Maret 2020, jumlah transaksi penjualan online melonjak 320 persen dari total penjualan online pada bulan Januari 2020. Lonjakan semakin tajam terjadi, penjualan online April 2020 tercatat meningkat hingga 480 persen.

Banyak keuntungan yang dapat dirasakan oleh UMKM jika memanfaatkan penggunaan e-commerce selama pandemi, seperti mudahnya mendapatkan konsumen karena meningkatnya jumlah konsumen yang beralih menggunakan e-commerce, kemudahan mendapatkan rekapitulasi data penjualan dalam berbagai jangka waktu, hingga mempermudah proses penjualan dan promosi karena konsumen dapat dengan mudah mengakses dan melihat langsung produk yang dijual pada marketplace dan e-commerce yang dimiliki oleh UMKM.

Banyak jalan untuk bisa bertahan di tengah pandemi, karena siapa yang bisa bertahan akan mampu meraih keuntungan dan berjaya.(*)

  • BAGIKAN
  • line