Yos Sudarso, Pejuang Laut Arafuru

Yos Sudarso dikenal sebagai salah satu tokoh angkatan laut yang berjuang pada masa Trikora. Kala itu semua komponen pertahanan Indonesia terlibat konflik dengan Belanda terkait Irian Barat.
Laksamana Madya Anumetra Yosaphat ‘Yos’ Sudarso ikut berjuang hingga gugur bersama anak buahnya dalam tugas. Yos Sudarso yang berada di KRI Macan Tutul terlibat dalam pertempuran Laut Aru, perairan Maluku pada tanggal Januari 1962 melawan kapal perang Belanda.
BACA JUGA: Pliek U, Kuliner Warisan Para Sultan Aceh
Dilansir dari situs Kementerian Pertahanan RI, Yos Sudarso yang lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 24 November 1925 itu rela mengorbankan diri agar dua KRI lain milik Indonesia yakni KRI Harimau dan KRI Macan Kumbang bisa selamat.

Dalam pertempuran Laut Aru, KRI Macan Tutul ditembak oleh meriam Belanda.(Dok/ Kemenhan RI)
Tembakan meriam Belanda membakar KRI Macan Tutul dan sebelum tenggelam, Yos Sudarso meneriakan perintah ‘Kobarkan terus semangat pertempuran’. Kisah kepahlawanan Yos Sudarso bermula pada Desember tahun 1961. Saat itu, Presiden Sukarno mengumumkan Tri Komando Rakyat atau Trikora guna membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda.
Patroli di daerah-daerah pun ditingkatkan, yang mana Yos Sudarso mengomandoi langsung patroli tersebut. Akhirnya pada 15 Januari 1962, Yos beserta anak buahnya berangkat patroli ke Laut Aru, Maluku.
Saat patroli, Yos Sudarso membawa tiga unit kapal jenis Motor Torpedo Boat (MTB). Misi patroli yang bersifat senyap itu ternyata ketahuan oleh pihak Belanda.

Yos Sudarso gugur di Laut Aru meninggalkan seorang istri dan tiga anak yang masih kecil.(Dok/ Wiki Commons)
Tak tinggal diam, Belanda langsung mengejar dengan kapal perusak yang dimilikinya. KRI Macan Tutul yang ditumpangi akhirnya menjadi umpan agar dua KRI lain dapat melarikan diri.
Ketika dalam kondisi terdesak, perintah dari Yos Sudarso kepada para awak hanya satu, yaitu laksanakan pertempuran. Akan tetapi, kekuatan yang tak berimbang harus dibayar mahal, KRI Macan Tutul beserta seluruh awak ya harus gugur dan tenggelam.
Yos Sudarso meninggalkan seorang istri bernama Siti Mustini, dan tiga orang anak. Putranya yang terkecil saat itu baru berusia 18 bulan.

Pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan kepada Yos Sudarso.(Dok/ Wiki Commons)
Sebagai tanda penghargaan pemerintah atas jasa-jasanya, selain Bintang Dharma yang diterimanya, pangkat Komodor Yos Sudarso dinaikkan satu tingkat menjadi Laksmana Muda anumerta. Penghargaan tertinggi diberikan pemerintah berupa gelar pahlawan nasional pada 1973, dengan Surat Keputusan Presiden Nomor R088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.
Tentara Nasional Indonesia dari matra Angkatan Laut mengabadikan namanya lewat KRI Yos Soedarso sebagai kapal penjaga laut wilayah Republik Indonesia. Namanya juga menghiasi jalan-jalan raya di pelbagai kota di Tanah Air. Yos Sudarso dikenang sebagai salah satu Pahlawan Trikora.(*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar