Siswondo Parman, Pahlawan Revolusi dengan Jejak Keluarga Anggota PKI

4 Aug 2022
  • BAGIKAN
  • line
Siswondo Parman, Pahlawan Revolusi dengan Jejak Keluarga Anggota PKI

Jalan hidup pahlawan revolusi Siswondo Parman atau S. Parman terbilang unik. Ia termasuk salah satu petinggi Angkatan Darat yang dibunuh dalam peristiwa G30S, padahal salah satu kakaknya merupakan pejabat penting Partai Komunis Indonesia (PKI).

Letnan Jenderal S. Parman dibunuh di Lubang Buaya setelah penculikan di kediamannya dan diduga kuat sang kakak, Sukirman mengetahui rencana penculikan itu. Namun, entah kenapa tidak memberitahukan kepada S. Parman.

BACA JUGA: Kiai Ahmad Dahlan, Matahari Muhammadiyah yang Visioner

Dikutip dari buku Letjen Anumerta S. Parman, Sang Pembela Tanah Air karya Gesang Sari M, S. Parman dan kakaknya Sukirman, lahir di Wonosobo, Jawa Tengah dari pasangan Kasido Kromodiharjo dan Marinah. Sang ayah merupakan seorang pedagang sukses. S. Parman lahir 4 Agustus 1918.

s. parman dan kakaknya sukirman

Kakak S. Parman yang bernama Sukirman merupakan salah satu tokoh PKI.(Dok/Pancasila Cakti)

Besar dalam keluarga yang cukup berada membuat S. Parman dapat mengenyam pendidikan tinggi. Pada 1940, ia lulus dari sekolah tinggi di Kota Belanda dan lanjut ke sekolah kedokteran. Namun, ia tidak dapat menyelesaikan pendidikan dokternya karena Jepang sudah lebih dulu datang menjajah Indonesia. S. Parman kemudian bekerja untuk polisi militer Kempeitai Jepang.

Karier S. Parman bermula saat melakukan pertemuan dengan pasukan Jepang yang bergerak ke beberapa kota di Jawa Tengah. Pasukan Jepang saat itu sedang membutuhkan penerjemah, sehingga S. Parman pun dibawa oleh Kempeitai (polisi militer Jepang) ke Yogyakarta. Kemudian, ia diangkat sebagai perwira sipil Kempeitai. Setelah proklamasi diikrarkan, S. Parman bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia sendiri diangkat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (MBT) di Yogyakarta dengan pangkat kapten.

Usai menyandang pangkat Kapten dan terlibat dalam perjuangan revolusi fisik pascakemerdekaan, pada 1948, S. Parman sempat ditangkap akibat kesalahpahaman. Sang kakak, Ir. Sakirman, ikut dalam pemberontakan PKI di Madiun. Saat itu, S. Paraman sedang menjabat sebagai Kepala CPM (Corps Polisi Militer) Markas Besar Komando Jawa tidak dapat menyembunyikan dan membantu pemberontak. Namun, S. Parman dibebaskan setelah terbukti tidak bersalah.

karir militer s parman

Karir militer S. Parman begitu moncer, Ia sukses menggagalkan gerakan APRA.(Dok/Puspenad)

Empat tahun kemudian, 1949, ia diangkat menjadi Kepala Staf untuk Gubernur Militer Jabodetabek dan dipromosikan menjadi mayor. Pada masa jabatannya ini, S. Parman berhasil menggagalkan plot oleh Angkatan Perang Ratu Adil atau APRA, kelompok pemberontak yang dipimpin Raymond Westerling.

Kakaknya, Sakirman, pernah terlibat dalam pemberontakan PKI di Madiun pada September 1948 dan ditahan. Sepak terjang sang kakak bersama partai komunis cukup cemerlang. PKI termasuk salah satu partai yang menentang keras keberadaan Belanda di Indonesia.

Dilansir dari buku “Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan” karya Soe Hok Gie, Sakirman pernah menjadi anggota Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) yang didirikan Amir Sjarifoeddin. Banyak aktivis Gerindo yang belakangan menjadi pimpinan PKI, seperti DN Aidit, Anwar Kadir, dan lainnya.

Meski haluannya komunis, banyak pemuda yang masuk PKI justru bukan karena ideolginya, melainkan karena PKI adalah partai yang terang-terangan berani melawan Belanda atau Jepang. Sakirman misalnya, ia adalah seorang nasionalis yang bersuka cita melihat kedatangan Jepang daripada komunis yang anti-fasis.

Adapun adiknya, S. Parman, pernah mengenyam pendidikan di Algemeene Middlebare School (AMS) atau setara sekolah menengah atas (SMA), dan melanjutkannya di di Geneeskundige Hogee School (GHS), sekolah kedokteran di Jakarta. Namun pendidikannya tidak selesai karena Jepang mengambil alih Indonesia dari Belanda.

S. Parman jadi pahlawan revolusi

S. Parman ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi oleh Presiden Sukarno.(Dok/Pancasila Cakti)

Ketika kekuasaan Jepang berakhir, S. Parman memutuskan untuk tidak melanjutkan studi kedokterannya dan mengabdi di militer dengan mendaftarkan dirinya ke Badan Keamanan Rakyat (BKR). Kariernya di militer moncer. Ia berperan dalam penumpasan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) sehingga jabatannya naik menjadi Kepala Staf Gubernur pada Markas Besar Angkatan Darat. Bersamaan dengan itu, pangkatnya pun menjadi Letnan Kolonel.

Pada 1962, S. Parman kembali ke Indonesia setelah bertugas di London. Saat itu, pengaruh PKI makin meluas. PKI mengusulkan pembentukan Angkatan Kelima dari buruh dan tani yang dipersenjatai. Ide ini ditolak mentah-mentah oleh S. Parman. Hal ini yang membuat S. Parman dimusuhi oleh PKI. Karena itulah ia masuk dalam daftar nama pejabat Angkatan Darat yang akan dilenyapkan pada aksi G30S.

Sebelum S. Parman disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, di hari yang sama, melalui SK Presiden Nomor 111/KOTI/1965, Presiden Soekarno mengukuhkan S. Parman sebagai Pahlawan Revolusi. Ia dikenang sebagai tokoh Angkatan Darat yang tegas dan disiplin.(*)

  • BAGIKAN
  • line