Ragam Sebutan Daendels Seturut Cerminan Kebijakannya

5 Jun 2021
  • BAGIKAN
  • line
Ragam Sebutan Daendels Seturut Cerminan Kebijakannya

Orang Sunda memanggil nama Gubernur Jenderal Herman Willem Daendals dengan sebutan Mas Galak, Den Mas Galak, Menak Guntur. Sapaan tersebut melekat kuat di kalangan masyarakat, terutama daerah Cadas Pangeran, Pamulihan, Jawa Barat.

Masyarakat Tatar Sunda melekatkan cap galak atau guntur terhadap Gubenur Jenderal Herman Willem Daendels karena jadi biang keladi banyak nyawa pekerja hilang pada pengerjaan pembangunan jalan bermedan terjal dan kontur tanah berbatu di Cadas Pangeran.

Jalan sepanjang Cadas Pangeran di sekitar Sumedang. (Sumber: wikimedia.org)

Jalan sepanjang Cadas Pangeran di sekitar Sumedang. (Sumber: wikimedia.org)

Cadas Pangeran masuk di dalam jalur pembangunan Buitenzorg (Bogor)-Karangsambung (Cirebon). Di antara beragam jalan dan jalur pembangunan Jalan Raya Pos atau De Groote Postweg, daerah Cadas Pangeran menjadi salah satu lokasi paling berat karena medannya.

BACA JUGA: Daendels Peletak Dasar Hukuman Mati Bagi Korupsi

Di dalam tutur masyarakat Sunda, terutama pada Hikayat Pangeran Kornel seperti dihimpun R Memed Sastrahadiprawira, Daendels disebut Marsekal Galak karena segala perintah harus dilaksanakan, meski berkorban nyawa.

Daendels, menurut Djoko Marihandono pada Megaproyek Marsekal Guntur: Tanggapan Atas Buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendels Karya Pramoedya Anata Toer, tampil sebagai seorang berwatak keras dan tegas karena besar di dunia militer dalam periode Revolusi Perancis.

Sang Marsekal mengambil tindakan tegas kepada bawahannya dianggap tak mampu melaksanakan perintah, apalagi jika terjadi penyimpangan.

Di samping itu, lanjut Marihandono, suaranya keras juga menambah pengaruh penampilannya ketika berhadapan dengan siapa pun, baik para pejabat Eropa maupun penguasa bumiputera.

“Akibatnya, di kalangan para bangsawan bumiputera, Daendels dikenal dengan sebuat “Marsekal Guntur”. Bahkan karena ketegasannya ketika memberikan perintah, oleh para penguasa bumiputera, Daendels juga dijuluki sebagai ‘Mas Galak’, nama tersebut diambil dari pangkat disandangnya, Marsekal”, tulis Marihandono.

Sapaan Marsekal Guntur tak hanya digunakan para penguasa atau raja-raja, tetapi juga para bangsawan, bupati, bahkan sampai tingkat demang dan pejabat rendahan.

Meski sapaan tersebut muncul dalam tutur juga karya sastra lokal, menurut Marihandono, bentuk ungkapan tersebut merupakan reaksi terhadap kebijakan Daendels sehingga muncul dalam bentuk julukan.

Sebutan tersebut mengakar kuat di masyarakat, lanjut Marihandono, karena pengaruh kuat tradisi lisan dan kebiasaan penyebutan para bupati kemudian turun sampai rakyat bawah hingga menjadi umum. (*)

  • BAGIKAN
  • line