Muhammad Jasin, Polisi Pejuang Sekaligus Bapak Brimob Indonesia

9 Jun 2022
  • BAGIKAN
  • line
Muhammad Jasin, Polisi Pejuang Sekaligus Bapak Brimob Indonesia

Muhammad Jasin bukan polisi biasa. Ia adalah seorang pejuang yang terjun ke medan perang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Seperti dilansir dari Buku Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia (2010), Saat meletus Pertempuran Surabaya yang puncaknya pada tanggal 10 November 1945, Jasin memiliki peranan penting.

Dalam sejarah pertempuran di Surabaya, Kepolisian Indonesia adalah satuan bersenjata pertama yang terorganisis dengan baik dan satu-satunya satuan bersenjata yang relatif lebih lengkap peralatan persenjataanya pada saat kemerdekaan.

BACA JUGA: Kapitan Pattimura, Pahlawan Kebanggaan Rakyat Maluku

Komjen Polisi Moehammad Jasin lahir di Bau-Bau, Buton, Sulawesi Tenggara pada tanggal 9 Juni 1920. Ayahnya, Haji Mekah, berasal dari Bone, sedangkan ibunya, Siti Rugayah, berasal dari Maros. Ia merupakan anak laki-laki satu-satunya dari pasangan suami-istri ini.

biografi muhammad jasin

Muhammad Jasin terkenal saat pertempuran 10 November di Surabaya.(Dok/humaspolri.id)

Jasin mengakui bahwa ia semula memang tidak tertarik masuk kepolisian pemerintah Hindia Belanda. Ia bercita-cita menjadi penerbang.

Maka, selulus sekolah menengah pada 1941, Jasin bermaksud mengikuti pelatihan penerbangan militer Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM) di Bandung. Namun, keinginannya itu tidak mendapat restu. Orangtua Jasin menganggap terbang dengan pesawat sama saja dengan cari mati.

Dalam buku berjudul Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, Abu Baeda , kakak ipar Jasin membujuknya untuk masuk kepolisian. Menurutnya, menjadi polisi juga tidak kalah gagah dengan jadi penerbang,seragamnya pun cukup mentereng dan membanggakan.

Sejak Juli 1941 Pemerintah Belanda membentuk satu milisi yang terdiri atas 6000 orang Indonesia untuk mempertahankan kedudukan, terutama di Jawa dari ancaman Jepang. Terkait dengan hal tersebut seluruh kader militer dan polisi bumiputra yang telah menyelesaikan Pendidikan ditempatkan di Jawa dan Madura. Jasin akhirnya ditempatkan di Seksie III Staat Politie Surabaya.

Proklamasi Polisi di Surabaya, 21 Agustus 1945, menjadi momentum yang sangat penting sebagai awal bersatunya organisasi-organisasi kepolisian kala itu kedalam Kepolisian Republik Indonesia. Proklamasi itu menandai berdirinya Polisi Republik Indonesia (PRI), menggantikan Polisi Istimewa (Tokubetsu Keisatsu Tai) di mana Jasin jadi komandannya di Surabaya.

Pada 14 November 1946, Perdana Menteri Sutan Sjahrir mengganti nama Polisi Istimewa menjadi Mobile Brigade (Mobrig) –kemudian disesuaikan namanya dengan tata bahasa Indonesia menjadi Brigade Mobil (Brimob), pada 1961. Tanggal itu ditetapkan sebagai hari jadi Korps Baret Biru, nama lain Brimob.

m jasin mendirikan brimob

Jasa Muhammad Jasin yakni mendirikan Brigade Mobil(Brimob) salah satu unit tempur Polri.(Dok/humaspolri.id)

Pasukan khusus yang dapat berfungsi sebagai pasukan tempur ini ditetapkan dalam Konferensi Djawatan Kepolisian Negara di Purwokerto. Jasin yang hadir dalam konferensi itu diangkat menjadi Komandan Mobiele Brigade Besar (MBB) Jawa Timur, sekaligus Koordinator Mobrig di semua keresidenan di Jawa Timur.

Sebagaimana yang ditulisnya dalam buku Jasin Sang Polisi Pejuang, halaman 167, Jasin membentuk satu komando Operasi Mobile Brigade yang terdiri dari 25 kompi dan dikonsentrasikan di Jakarta. Beliau duduk sebagai pimpinan komando. Operasi ini juga bertujuan untuk menunjukkan kekuatan demi kepentingan wibawa pemerintah sambil mengatasi bahaya APRA dan mitranya.

Setelah masalah APRA dapat diatasi, muncul gerakan separatis lainnya, yakni gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang dideklarasikan pada 7 Agustus 1949 di Jawa Barat.

Dalam prosesnya, Jasin juga harus menangani misi serupa di Aceh. DI/TII rupanya sudah menyebar ke sejumlah wilayah, termasuk di Serambi Mekkah yang dimotori Daud Beureueh.

Perjalanan ke markas DI/TII di Aceh menjadi pengalaman yang tidak terlupakan bagi Jasin dan pasukannya. Seperti dikutip dari Seri Buku Tempo tentang “Tokoh Islam di Awal Kemerdekaan: Daud Beureueh” (2016), rombongan Jasin beberapa kali dicegat ratusan pasukan DI/TII.

Dalam persoalan DI/TII di Aceh ini, Jasin melakukan pendekatan personal, bukan lewat penyerangan. Tiba di markas mereka, ia justru terlibat diskusi santai dengan Daud Beureueh sembari menyeruput kopi panas. Akhirnya, misi Jasin tuntas secara damai. Pada 9 Mei 1962, Daud Beureueh dan ribuan pengikutnya menyatakan kembali ke pangkuan NKRI.

pahlawan nasional m jasin

Muhammad Jasin dianugerahi Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia.

Di mata keluarga, suami dari Siti Aliyah Kessing dan ayah dari Rubyanti Jasin, Djuahar Jasin, Djuanda Jasin dan Djuwaitar Jasin ini merupakan sosok yang jujur, hangat dan tegas. Teladan luhur yang diberikan menjadi referensi terbaik bagi keluarga maupun orang-orang disekitarnya.

Pemerintah sangat mengapresiasi kiprah Bapak Brimob Indonesia ini dengan menganugerahkan sejumlah penghargaan antara lain : Bintang Mahaputera Utama, Bintang Dharma, Bintang Gerilya, Bintang Bhayangkara, Bintang ’45, Bintang Legiun Veteran RI. Tanda Kehormatan paling penting dan hanya dimiliki oleh Muhammad Jasin adalah Surat Penghargaan Panglima Besar Angkatan Perang RI Jenderal Sudirman.

Komjen Muhammad Jasin wafat pada tanggal 3 Mei 2012 di Rumah Sakit Polri Soekamto. Jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta. Pada tanggal 10 November 2015, Presiden Jokowi secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Komjen Muhammad Jasin sekaligus Polisi Pertama yang mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional.

Komjen Muhammad Jasin telah melalui masa-masa era revolusi fisik meraih kemerdekaan, masa pemerintahan Orde Lama, Orde Baru hingga Era reformasi. Jasa dan perannya kepada negeri ini sungguh berharga dan memberikan landasan penting utamanya buat Kepolisian Republik Indonesia untuk mengokohkan eksistensinya membangun bangsa.(*)

  • BAGIKAN
  • line