Momen-Momen Krusial Dalam Revolusi Nasional Indonesia

Revolusi Nasional Indonesia atau revolusi Indonesia merupakan pergerakan dan situasi sosial politik Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sebagai negara yang baru merdeka dan pemerintahannya masih dalam proses mencari bentuk yang ideal, beragam peristiwa dan ketegangan yang terjadi.
Menurut Indonesianis George McTurnan Kahin bukunya Nationalism and Revolution in Indonesia(1952), Indonesia telah menuai kesuksesan setelah fase revolusi yang terjadi. Kahin juga mengungkapkan harapannya agar di masa mendatang rakyat bersama pemimpin Indonesia dapat meninggalkan tradisi feodal untuk mewujudkan republik yang demokratis. Ia menegaskan perlunya orientasi sosial ekonomi yang disesuaikan dengan harapan masyarakat akan tingkat kesejahteraan hidup yang lebih baik.
BACA JUGA: Syarif Hamid II Perancang Lambang Negara dan Kontroversinya
Revolusi Indonesia atau Revolusi Nasional Indonesia adalah masa setelah kemerdekaan ketika Republik Indonesia masih berkonflik dengan Kerajaan Belanda.

Agresi militer Belanda memicu konflik senjata dan perlawanan rakyat.(Dok/30 Tahun Indonesia Merdeka)
Peristiwa ini terjadi mulai dari proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh pihak Belanda pada 29 Desember 1949. Revolusi ini berujung pada berakhirnya pemerintah kolonial Hindia Belanda yang mengakibatkan perubahan struktur sosial di Indonesia.
Dilansir dari buku 30 Tahun Indonesia Merdeka vol 1 (Jakarta, 1980),pergerakan nasionalis untuk mendukung kemerdekaan Indonesia, seperti Budi Utomo, Partai Nasional Indonesia, Sarekat Islam, dan Partai Komunis Indonesia bertumbuh cepat di abad 20. Gerakan nasionalis tersebut memprakarsai strategi kerja sama dengan mengirim wakil mereka ke Volksraad (Dewan Rakyat) dengan harapan Indonesia akan diberikan hak memerintah sendiri tanpa ada campur tangan dari Belanda.
Sedangkan gerakan nasionalis yang dipimpin oleh Soekarno, Moh. Hatta, dan mahasiswa nasionalis memilih cara nonkooperatif. Mereka menuntut kebebasan Indonesia dari Belanda. Sekutu termasuk Belanda membentuk suatu badan komando militer bernama Allied Forces for Netherland Indies (AFNEI) untuk kembali merebut kekuasaan di Indonesia.
Mengetahui hal tersebut, Tanah Air tentu tidak tinggal diam, masyarakat mulai bergerak untuk melakukan perlawanan yang berujung terjadi perjuangan Revolusi Indonesia.

Perlawanan tentara keamanan rakyat dari Divisi Siliwangi.(Dok/30 Tahun Indonesia Merdeka)
Terjadi Perundingan Linggarjati 21 Juli 1947 Belanda meluncurkan serangan militer pada tengah malam 20 Juli 1947, sebagai bentuk Agresi Militer Belanda I. Tujuan utama agresi ini adalah untuk menghancurkan kekuatan republikan. Wilayah yang diserang adalah Jawa dan Sumatera. Aksi militer ini kemudian dianggap melanggar perjanjian Linggarjati, di mana dalam perjanjian disebutkan bahwa Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara RIS. Maka tak heran, sebagian sejarawan menyebut Perjanjian Linggarjati disebut sebagai perjanjian langgarjanji.
Berikut rentetan sejumlah peristiwa penting dan krusial pasca Proklamasi 17 Agustus 1945:
(1). 17 Januari 1948 Terjadi Perundingan Renville, namun Belanda kembali berkhianat dengan baku tembak terhadap Indonesia yang terjadi antara Karawang dan Bekasi.
(2). 19 Desember 1948 Agresi Militer Belanda II dilakukan, di mana Belanda memperluas daerah serangan mereka, sampai ke Yogyakarta yang saat itu menjadi Ibukota.
(3). 14 April 1949 Terjadi Perundingan Roem-Royen untuk menyelesaikan konflik di awal kemerdekaan.
(4). 23 Agustus – 2 November 1949 Diadakan Konferensi Meja Bundar yang menghasilkan Belanda bersedia mengakui kedaulatan Indonesia.
Konflik Pemberontakan Komunis Pada 18 September 1948, Republik Soviet Indonesia diproklamasikan di Indonesia oleh anggota PKI yang berniat melakukan pembangkangan atas kepemimpinan Moh. Hatta. Pertempuran terjadi antara TNI dan PKI. Kemenangan pun diraih oleh TNI, di mana pemimpin PKI, Musso, berhasil ditangkap dan dibunuh di tempat.

Kapten Westerling memimpin para anggota KNIL melakukan pemberontakan di Bandung.(Dok/30 Tahun Indonesia Merdeka)
Pemberontakan Darul Islam Pemerintah berniat untuk membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS). Sang pemimpin, Kahar Muzakkar, menuntut agar KGSS dan kesatuan gerilya lainnya digabungkan dalam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinannya. Namun, tuntutannya tersebut ditolak, karena dianggap tidak memenuhi syarat untuk dinas militer.
Saat akan dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakkar bersama kelompoknya melarikan diri ke hutan dengan membawa senjata lengkap. Ia kemudian mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan menjadi bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada 7 Agustus 1953.
Meskipun tidak ada data akurat yang menunjukkan berapa banyak nyawa penduduk Indonesia yang melayang dalam gerakan Revolusi Indonesia, diperkirakan terdapat 45.000-100.000 jiwa. Untuk rakyat sipil diperkirakan penduduk yang meninggal, yaitu 25.000-100.000 jiwa. Sedangkan untuk Belanda, lebih dari 5000 tentaranya kehilangan nyawa mereka di Indonesia.

Usai proklamasi kemerdekaan, Presiden Sukarno langsung bertemu dengan rakyat di pelbagai daerah di Jawa.(Dok/30 Tahun Indonesia Merdeka)
Gerakan Revolusi Nasional Indonesia ini sendiri memberikan efek langsung terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan budaya terhadap Indonesia. Di antaranya yaitu, kekurangan bahan makanan dan bahan bakar.
Para sejarawan dan Indonesianis sepakat menyatakan bahwa revolusi nasional Indonesia merupakan titik awal Indonesia terbentuknya nation state dan persatuan semua elemen bangsa untuk mengawal republik muda menuju cita-cita bangsa sesuai dengan pembukaan UUD 1945.(*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar