Mohammad Yamin Sang Pelopor Sumpah Pemuda

Sejarah Sumpah Pemuda menampilkan sejumlah tokoh pemuda protagonis yang memungkinkan momentum bersejarah Indonesia itu terwujud. Di antara para tokoh tersebut, Mohammad Yamin layak mendapat salah satu tempat utama sebagai pelopornya. Mohammad Yamin bersama beberapa pemuda menjadi penggerak sehingga Sumpah Pemuda diikrarkan.

Tokoh dan pahlawan kelahiran Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 itu tidak bisa dipisahkan dari Sumpah Pemuda. Sejarah mencatat, Yamin merupakan pelopor sekaligus pencetus ïmaji keindonesiaan’ yang begitu mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia hingga saat ini.

BACA JUGA: Pidato Pertama Bung Karno Usai Proklamasi Kemerdekaan

Dilansir dari situs kemdikbud.go.id, Mohammad Yamin juga dikenal sebagai sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia. Dirangkum dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Yamin merupakan putra dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah yang masing-masing berasal dari Sawahlunto dan Padang Panjang.

biografi singkat mohammad yamin

Mohammad Yamin tercatat sebagai pencetus imaji keindonesiaan.(Foto/Dokumentasi Keluarga)

Ayahnya memiliki enam belas anak dari lima istri, yang hampir keseluruhannya kelak menjadi intelektual yang berpengaruh. Saudara-saudara Yamin antara lain Muhammad Yaman, seorang pendidik; Djamaluddin Adinegoro, seorang wartawan terkemuka; dan Ramana Usman, pelopor korps diplomatik Indonesia.

Mohammad Yamin mendapatkan pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Palembang. Kemudian melanjutkannya ke Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta. Di AMS Yogyakarta, ia mulai mempelajari sejarah purbakala dan berbagai bahasa seperti Yunani, Latin, dan Kaei. Dia lalu berkuliah di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang kelak menjadi Fakultas Hukum Universitas Indonesia), dan berhasil memperoleh gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum) pada tahun 1932.

Mohammad Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade 1920-an semasa dunia sastra Indonesia mengalami perkembangan. Karya-karya pertamanya ditulis menggunakan bahasa Melayu dalam jurnal Jong Sumatera, sebuah jurnal berbahasa Belanda pada tahun 1920.

Pada tahun 1922, Yamin muncul untuk pertama kali sebagai penyair dengan puisinya, Tanah Air; yang dimaksud tanah airnya yaitu Minangkabau di Sumatera. Tanah Air merupakan kumpulan puisi modern Melayu pertama yang pernah diterbitkan. Kumpulan puisi kedua Mohammad Yamin yakni Tumpah Darahku, terbit pada 28 Oktober 1928. Karya ini sangat penting dari segi sejarah, lantaran pada waktu itu Yamin dan beberapa orang pejuang kebangsaan memutuskan untuk menghormati satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia yang tunggal.

mohammad yamin anggota bpupki

Mohammad Yamin juga tercatat sebagai anggota BPUPKI.(Dok/ANRI)

Selain itu, Yamin juga membuat drama sandiwara Ken Arok dan Ken Dedes, esai, novel sejarah, dan puisi. Ia juga menterjemahkan karya-karya William Shakespeare dan Rabindranath Tagore.

Mohammad Yamin memulai karier politiknya saat masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Ia bergabung dalam organisasi Jong Sumatranen Bond dan menyusun ikrar Sumpah Pemuda yang dibacakan pada Kongres Pemuda II. Dalam ikrar tersebut, Mohammad Yamin menetapkan Bahasa Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu, sebagai bahasa nasional Indonesia.

Dia juga mendesak supaya Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama dalam kesusasteraan Indonesia.

Dinukil dari Kronik Sumpah Pemuda, Kemenpora, Jakarta, 1998, pada hari kedua Kongres Pemuda II, menjelang sidang terakhir, Mohammad Yamin membisikkan sesuatu kepada Soegondo Djojopoespito, yang saat itu menjabat Ketua Kongres. Dia mengatakan, memiliki rumusan keputusan yang elegan dan meminta waktu untuk membacakan sekaligus menerangkannya di hadapan kongres. Rumusan inilah yang saat ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.

Pada tahun 1945, ia terpilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan peran dan berpendapat agar hak asasi manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara.

Jabatan mohammad yamin

Mohammad Yamin sempat beberapa kali menjabat menteri dalam kabinet awal Indonesia Merdeka.(Dok/ANRI)

Mohammad Yamin juga mengusulkan agar wilayah Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup Sarawak, Sabah,Semenanjung Malaya, Timor Portugis, serta semua wilayah Hindia Belanda. Soekarno yang juga merupakan anggota BPUPKI menyokong ide Yamin tersebut. Setelah kemerdekaan, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin antara lain anggota DPR sejak tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951-1952), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953–1955).

Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Urusan Sosial dan Budaya (1959-1960), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962) dan Menteri Penerangan (1962-1963).

Pada saat menjabat sebagai Menteri Kehakiman, Yamin membebaskan tahanan politik yang dipenjara tanpa proses pengadilan. Dia juga mengeluarkan 950 orang tahanan yang dicap komunis atau sosialis tanpa grasi dan remisi. Kemudian disaat menjabat Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Yamin banyak mendorong pendirian univesitas-universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Di antara perguruan tinggi yang ia dirikan adalah Universitas Andalas di Padang, Sumatera Barat.

Mohammad Yamin menikah dengan Siti Sundari pada tahun 1937, putri seorang bangsawan dari Kadingalu, Demak, Jawa Tengah. Mereka dikaruniai satu orang putra, Dang Rahadian Sinayangish Yamin yang menikah dengan Raden Ajeng Sundari Merto Amodjo, putri tertua dari Mangkunegoro VIII pada 1969. Pada 17 Oktober 1962, Mohammad Yamin meninggal di Jakarta pada usia 59 tahun. Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.(*)

  • BAGIKAN
  • line