Mengenal Arsitektur dan Fungsi Rumah Lontik Suku Kampar

Rumah Lontik atau rumah Pelancangan termasuk kategori rumah adat masyarakat Suku Kampar, Riau. Rumah ini unik lantaran arsitekturnya yang kuat dipengaruhi Rumah Gadang, Minangkabau. Rumah Lontik atau Lontiok berfungsi sebagai rumah adat dan rumah tempat tinggal. Dibangun dalam satu prosesi panjang yang melibatkan masyarakat luas serta upacara.
Bentuk rumah Lontik dikatakan berasal dari bentuk perahu, hal ini tercermin dari sebutan pada bagian-bagian rumah tersebut seperti: bawah, tengah, ujung, pangkal, serta turun, naik. Dinding depan dan belakang dibuat miring keluar dan kaki dinding serta tutup didinding dibuat melengkung sehingga bentuknya menyerupai sebuah perahu yang diletakkan diatas tiang-tiang.
BACA JUGA: Bermain Ombak dan Pasir Putih di Pantai Teluk Rhu, Bengkalis
Dilansir dari situs Pemprov Riau, disebutkan bahwa rumah Lontiok atau Lontik merupakan rumah panggung. Tipe konstruksi panggung dipilih untuk menghindari bahaya binatang buas dan banjir. Kolong rumah, biasanya digunakan untuk kandang ternak, wadah penyimpanan perahu, tempat bertukang atau tempat bermain anak-anak, dan gudang kayu untuk persiapan bulan puasa. Kemudian lain penyebab pemakaian konstruksi panggung adalah adanya ketentuan adat untuk memakai tangga, dengan jumlah anak tangga ganjil dan menyediakan tempayan air didekatnya untuk mencuci kaki di pangkal tangga.

Rumah Lontik memiliki filosofi yang mendalam pada setiap desain dan arsitekturnya.(Disparpora Kab Kampar)
Ketentuan adat juga menyatakan bahwa penghuni perempuan cukup berpakaian sedada tanpa baju (kemban) di dalam rumah atau tidur-tidur dirumah tanpa adanya penyekat/pelindung ruang. Kalau rumah dibangun rendah atau “melekat” di atas tanah, maka keadaan di dalam rumah akan kelihatan dari luar rumah.
Dinding luar Rumah Lontik seluruhnya miring keluar, berbeda dengan dinding dalam yang tegak lurus. Balok tumpuan dinding luar depan melengkung keatas, dan kalau disambung dengan ukiran sudut-sudut dinding, kelihatan seperti bentuk perahu. Balok tutup atas dinding juga melengkung meskipun tidak semelengjung balok tumpuan. Lengkungannya mengikuti lengkung sisi bawah bidang atap. Kedua ujung perabung diberi hiasan yang disebut Sulo Bayung. Sedangkan Sayok Lalangan merupakan ornamen pada keempat sudut cucuran atap. Bentuk hiasan beragam, ada yang menyerupai bulan sabit, tanduk kerbau, taji dan sebagainya.
Kadang Rumah Lontik disebut Lancang karena bentuk hiasan kaki dinding depannya mirip perahu, bentuk dinding Rumah yang miring keluar seperti miringnya dinding perahu layar mereka, dan jika dilihat dari jauh bentuk Rumah tersebut seperti Rumah-Rumah perahu (magon) yang biasa dibuat penduduk. Sedangkan nama Lontik dipakai karena bentuk perabung (bubungan) atapnya melentik ke atas, yang melambangkan bahwa pada awal dan akhir hidup manusia akan kembali kepada penciptanya.

Keunikannya membuat Rumah Lontik jadi objek wisata.(Disparpora Kab Kampar).
Pada setiap desain dan bentuknya Rumah Lontik mempunyai filosofi dan arti tertentu. Bahkan bangunannya bukan sekadar rumah tapi juga simbol pemujaan kepada sang Khalik. Rumah lontik yang dapat juga disebut rumah lancang karena rumah ini bentuk, ciri atapnya melengkung keatas, agak runcing seperti tanduk kerbau. Sedangkan dindingnya miring keluar dengan hiasan kaki dinding mirip perahu atau lancang. Hal itu melambangkan penghormatan kepada Tuhan dan sesama. Rumah adat lontik diperkirakan dapat pengaruh dari kebudayaan Minangkabau karena kebanyakan terdapat di daerah yang berbatasan dengan Sumatera Barat. Tangga rumah biasanya ganjil.
Kalau kamu penasaran dengan Rumah Lontik, silakan berkunjung ke Kabupaten Kampar, Riau dan disana akan ditemukan salah satu Rumah Lontik melegenda. Status rumah ini pun masuk dalam cagar budaya oleh pemerintah daerah.(*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar