Kisah Achiel Nasrun Bersinar Bersama Lupus

Bagi anak-anak muda generasi 1990-an, sosok Achiel Nasrun begitu melekat dalam ingatan bersama terkait film Lupus. Sinema yang mengangkat kehidupan anak muda metropolitan yang dibintangi aktor Ryan Hidayat tersebut merupakan besutan tangan dingin Achiel Nasrun.

Sineas kelahiran Jakarta pada 29 Oktober 1950 termasuk salah satu legenda film-film anak gaul tahun 1990-an. Achiel Nasrun mengangkat Lupus sebagai anak muda gaul, cuek tapi juga peduli dengan sesama serta lingkungannya. Selain itu, Achiel juga seolah berjodoh dengan Ryan Hidayat, aktor idola remaja kala itu.

BACA JUGA: Deklarasi Sumpah Pemuda dan Fakta-Fakta Seputarnya

Perjalanan karir profesionalnya sebagai sutradara, Achiel Nasrun bukanlah jebolan sekolah perfilman mentereng. Ia hanya lulusan sekolah menengah atas(SMA) kemudian melanjutkannya dengan mengikuti kursus seputar sinematografi. Achiel mengikuti Kursus Elementer Sinematografi yang diselenggarakan Yayasan Film Indonesia.

sutradara film achiel nasrun

Achiel Nasrun belajar menjadi sutradara dari dua sutradara legendaris yakni Teguh Karya dan Sjuman Djaya.(Twitter @AchielNasrun)

Selepas dari kursus, Achiel terjun menjadi asisten penata artistik dalam film Rina arahan Abubakar Djunaedi tahun 1971. Boleh dikatakan bekerjasama dengan Abubakar Djunaedi merupakan pintu pertama Achiel Nasrun menggeluti dunia sinematografi. Selanjutnya ia menjadi asisten sutradara dalam beberapa film. Selain kerjasama dengan Abubakar, Achiel juga belajar pada beberapa sutradara ternama pada masa itu seperti Sjuman Djaya dan Teguh Karya.

Bersama Sjuman Djaya, Achiel ikut terlibat menjadi asisten sutradara dalam film Atheis sedangkan dengan Teguh Karya, ia juga terlibat sebagai asisten sutradara dalam film Perkawinan Dalam Semusim dan kemudian pada tahun 1977 Achiel Nasrun mendampingi dan membantu Teguh Karya dalam menggarap film Badai Pasti Berlalu. Dari film fenomenal tersebut, Achiel belajar banyak hal.

achiel nasrun sutradarai sinetron

Ketika film Indonesia lesu, Achiel Nasrun terjun menjadi sutradara sinetron.(Twitter @AchielNasrun)

Karier Achiel Nasrun sebagai sutradara bermula dari film Dalam Kabut dan Badai tahun 1981. Ketika produksi film Indonesia mengalami kelesuan pada era 1980-an, Achiel mengalihkan kegiatannya dengan menggarap film televisi(FTV) dan sinetron antara lain Randi dan Yoso(FTV, 1992, Mawar Mekar di Antara Duri(1995), Cinta dan Dusta(1997) dan beberapa judul lainnya.

Ada beberapa sinetron karya Achiel Nasrun yang ditayangkan di beberapa televisi swasta seperti Sapu Tangan Bandung Selatan(3 episoden,1993), Meniti Pelangi(26 episode,1992/1993), Maunya Macamg-Macam(52 episode, 1995/1996) dan Anna van Jogja(2005) serta Laila Majenun(2002).

Di antara karya Achiel, Lupus tetap yang paling fenomenal. Lupus IV dan V menjadi karya Achiel yang menarik perhatian pencinta film Indonesia. Selain itu Lupus dan Lupus II juga mendapat rating yang bagus dari IMDbPro. Kisah-kisah yang ditampilkan dalam Lupus selalu menggelitik penontonnya baik dari segi kecuekan hingga celetukan nyeleneh Lupus dan teman-temannya.

lupus adalah karya terbaik achiel nasrun

Achiel Nasrun begitu cocok bekerja sama dengan Ryan Hidayat.(Twitter @AchielNasrun)

Melalui Lupus, Achiel Nasrun menyoroti kehidupan anak muda metropolitan yang tampak seperti apatis dengan kondisi sosial politik kala itu namun sesekali melontarkan kritik dengan cara nakal tapi tetap menggigit. Apalagi akting Ryan Hidayat menjadi jaminan Lupus selalu ditunggu para penggemarnya.

Achiel Nasrun membuktikan bahwa melalui media film seorang sutradara bisa menyampaikan keresahan dan kritik sosial terhadap kondisi kehidupan bangsa dan negara.(*)

  • BAGIKAN
  • line