Icuk Sugiarto, Legenda Pebulu Tangkis Tunggal Indonesia

Icuk Sugiarto adalah salah satu talenta bulu tangkis terbaik Indonesia. Sebelum pensiun pada 1989, Icuk Sugiarto menjadi andalan Indonesia untuk mengukir prestasi di sektor tunggal putra.
Kiprahnya dalam dunia bulu tangkis memuncak pada saat dia memenangkan kejuaraan bulu tangkis tingkat dunia yang telah memberikannya gelar Juara Dunia pada tahun 1983. Teknik-teknik tajam yang dahulu digunakannya pada setiap pertandingan seakan melegenda.
BACA JUGA: Sutomo: Arek Suroboyo, Wani Mati!
Icuk Sugiarto lahir pada 4 Oktober 1962 di Surakarta, Jawa Tengah. Sejak kecil, Icuk Sugiarto sudah akrab dengan dunia bulu tangkis. Karena berbakat, Icuk Sugiarto pun menekuni olahraga bulutangkis atau badminton.

Icuk Sugiarto lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 4 Oktober 1062.(Dok/PBSI)
Terbukti sekali kecintaan Icuk pada bulu tangkis sangat tinggi, karena baginya bulu tangkis bukan lagi sekadar olahraga yang dapat mendatangkan medali dari pertandingan-pertandingan dalam dan luar negeri, tetapi lebih pada sesuatu yang telah merekatkan hubungannya dengan keluarga.
Icuk kecil terlihat sudah tertarik pada bulu tangkis sejak berusia 12 tahun. Tampaknya orang tua Icuk tak ingin melepaskan minat dan bakat yang dimiliki putranya maka pada tahun 1974 Icuk pun dimasukkan ke dalam klub bulu tangkis pertamanya, yaitu Klub taruna, kemudian pindah ke klub Abadi Sekolah Atlet Ragunan.
Keputusan itu tepat karena karier Icuk Sugiarto menanjak hingga namanya mulai jadi perbincangan hangat pada 1983. Bagaimana tidak, Icuk Sugiarto menjadi juara dunia pada waktu itu.
Icuk Sugiarto lolos ke final Kejuaraan Dunia 1983 untuk melawan seniornya, Liem Siew King, yang tengah naik daun pada saat itu. Perang saudara itu berjalan dengan sengit hingga memakan waktu 1 jam 33 menit untuk mendapatkan pemenangnya.

Icuk Sugiarto berlaga di sejumlah kejuaraan penting Badminton.(Dok/PBSI)
Icuk Sugiarto pun keluar sebagai pemenang setelah menaklukkan King dengan skor 15-8, 12-15, 17-16. Prestasi itu makin luar biasa karena Icuk Sugiarto baru berumur 20 tahun saat itu.
Pada tahun 1983 Icuk menikah dengan Hj. Nina Yaroh seorang atlet bulu tangkis putri nasional dari Medan, dan pada tahun 1984 pasangan tersebut dianugrahi anak pertama mereka, Natassia Octaviani Sugiarto, dan menyusul Tommy Sugiarto dan si bungsu Jauza Fadhilla Sugiarto pada tahun 1988 dan 1999.
Tommy Sugiarto sendiri saat ini sedang merintis karier pada bidang yang sama dengan yang digeluti oleh sang ayah, bulu tangkis, yang telah membawanya sebagai atlet bulu tangkis terbaik di level 14 tahun ke bawah untuk tingkat DKI Jakarta.
Media asing AFP pun menyebut final Kejuaraan Dunia 1983 sebagai pertarungan terbesar dalam bulu tangkis dunia. Klaim AFP membuktikan betapa sengitnya pertandingan Icuk Sugiarto dengan King yang berlangsung di Brondby Hallen, Denmark itu.

Icuk Sugiarto juga sempat menjadi pengurus PBSI.(Dok/PBSI)
Usai jadi juara dunia, Icuk Sugiarto terus melebarkan sayapnya di dunia bulu tangkis dengan menjuarai berbagai turnamen bergengsi. Selain sukses di nomor individu, Icuk Sugiarto pun berjaya di nomor beregu. Dia mengantarkan Tim Indonesia juara Piala Thomas (1984), Asian Games (1982), Piala Sudirman (1989), dan SEA Games (1985 dan 1987).
Sukses dengan karier sebagai pebulu tangkis, Icuk Sugiarto pensiun pada 1989. Setelah pensiun, dia tidak bisa jauh dari dunia tepok bulu sehingga menjadi pelatih di PB Pelita Bakrie.
Tangan dingin Icuk Sugiarto menelurkan legenda-legenda lainnya, seperti Candra Wijaya, Nova Widianto, Toni Gunawan, dan mendiang Markis Kido. Selain itu, Icuk Sugiarto juga sempat masuk dalam jajaran kepengurusan PBSI.

Usai gantung raket, Icuk Sugiarto menjadi pelatih di PB Pelita Bakrie milik Aburizal Bakrie.(Dok/PB Pelita Bakrie)
Sementara itu, darah bulu tangkis Icuk Sugiarto pun menurun ke dua anaknya, yaitu Tommy Sugiarto dan Jauza Fadhila Sugiarto. Untuk Tommy, namanya tentu sudah kerap populer di berbagai turnamen bulu tangkis dunia.
Icuk Sugiarto sudah gantung raket, tetapi dia tetap dekat dengan dunia bulu tangkis. Prestasi dan sepak terjang Icuk diharapkan bisa menginspirasi para pebulu tangkis muda.
Tahun 2004, ia melepaskan posisi di PBSI setelah diangkat menjadi Staff Khusus Menteri Negara Pemuda dan Olahraga untuk periode 2004-2009. Saat ini ia tercatat sebagai pelatih di PB Pelita Bakrie. Kerja kerasnya telah membuahkan hasil dengan mencetak atlet-atlet muda handal, seperti Candra Wijaya, Nova Widianto, Markis Kido, Vita Marissa, Toni Gunawan dan Apriyani Rahayu.
Icuk Sugiarto menjadi salah satu legenda bulu tangkis atau badminton Indonesia yang namanya masih tetap harum hingga kini.(*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar