Gatheng, Permainan Tradisional Warisan Kerajaan Mataram Islam

5 Oct 2021
  • BAGIKAN
  • line
Gatheng, Permainan Tradisional Warisan Kerajaan Mataram Islam

Bagi anak-anak di Yogykarta khususnya dan Pulau Jawa pada umumnya permainan Gatheng atau Lempar Batu begitu familiar dan populer. Permainan yang menggunakan batu kerikil kecil ini biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan.

Dilansir dari situs Disbud DI Yogyakarta, kata Gatheng berasal dari nama batu mainan Raden Rangga, putra Panembahan Senopati dari Kerajaan Mataram Islam. Batu Gatheng tersebut sampai sekarang masih ada dan letaknya di Kotagede, sebelah tenggara Yogyakarta.

BACA JUGA: Lari Balok, Permainan Tradisional Spesialis Tujuh Belas Agustusan

Lazimnya, permainan Gatheng dilakukan oleh dua orang anak dengan posisi duduk di lantai dan saling berhadapan. Permainan ini tidak membutuhkan banyak biaya dan cara mainnya pun sederhana. Para pemain menyiapkan lima batu kerikil atau lebih, kemudian diundi (sut) untuk menentukan siapa yang bermain dahulu.

watu gatheng

Watu Gatheng merupakan permainan Raden Rangga putra Panembahan Senopati.(Dok/kemdikbud.go.id)

Pemain yang mendapat giliran bermain menyebar kelima kerikil ke lantai di depannya dan diusahakan agar kelima kerikil tersebut saling dilemparkan ke atas. Kemudian pemain mengambil salah satu kerikil untuk selanjutnya dilemparkan ke atas. Kemudian pemain mengambil satu kerikil untuk selanjutnya dilemparkan ke atas.

Bersamaan dengan kerikil dilempar ke atas, pemain mengambil satu kerikil, sambil menangkap kerikil yang dilempar ke atas. Sampai semuanya terambil jika tidak terambil, dan kerikil yang dilempar ke atas jatuh ke lantai, maka pemain tersebut berarti mati dan permainan digantikan pemain yang lainnya. Namun jika tahap ini berhasil, maka kelima kerikil tersebut disebar kembali, dan pada saat salah satu kerikil dilempar ke atas, ia sekaligus mengambil dua kerikil dilempar ke atas, ia sekaligus mengambil dua kerikil, kemudain dua kerikil lainnya lagi. Tahap ini disebut saku goro atau goro.

permainan gatheng

Permainan Gatheng biasanya disebut Lempar batu.(Dok/kemdikbud.go.id)

Langkah berikutnya adalah saku galu, yaitu kelima kerikil disebar kembali, dan pada saat salah satu kerikil dilempar ke atas, ia harus mengambil sekaligus tiga kerikil. Setelah berhasil, lalu ketiga kerikil tersebut diletakan dahulu, baru selanjutnya mengambil satu kerikil sisanya.

Jika tahap ini berhasil, dilanjtkan dengan langkah saku gapuk atau gapat. Pada langkah ini pemain menempatkan keempat kerikil saling berdekatan dan kalau bisa ditumpu. Setelah itu kerikil satunya dilempar ke atas. Bersamaan dengan itu, ia harus dapat mengambil sekaligus ke empat kerikil tersebut.

Langkah berikutnya adalah saku umbul, yaitu pemain melemparkan satu persatu kerikil yang digenggamnnya, kemudian kembali ditangkap, bisa dengan tangan kiri atau tangan kanan. Langkah berikutnya adalah sapu gapuk atau gapat, yaitu pemain melemparkan salah satu kerikil ke atas, kemudian mengambil keempat kerikil sisanya sekaligus menangkap kembali kerikil yang dilempar ke atas.

bermain gatheng atau lempar batu

Permainan Gatheng memiliki nilai edukatif untuk anak-anak.(Dok/kemdikbud.go.id)

Langkah terakhir bagi pemain untuk memperoleh sawah (nilai) adalah saku dulit. Langkah ini, pemain harus menggemgam kelima kerikil tersebut, kemudian ia memilih satu salah satu kerikil untuk dilempar ke atas. Bersamaan dengan itu ia harus mencolek tanah dengan itu ia harus mencolek tanah dengan telunjuknya sambil tetap menggenggam ke empat kerikil yang lain, setelah itu segera menangkap kembali kerikil yang dilempar ke atas. Masing-masing langkah tersebut jika tidak berhasil dilakukan, berarti ia mati dan permainan digantikan oleh pemain lainnya.

Dibalik kesederhanaan dan murah meriahnya permainan Gatheng atau Lempar Batu ternyata memiliki nilai edukatif yang bagus untuk anak-anak. Melalui permainan Gatheng dapat melatih kecepatan motorik, melatih anak berhitung, melatih kejujuran, sportivitas dan solidaritas.(*)

  • BAGIKAN
  • line