Bung Karno Harap Bang ‘Koppig’ Ali Benahi Jakarta

Perdana Menteri (Waperdam) II Johannes Leimena langsung menghadap Presiden Sukarno setiba di Istana Negara. Mereka tenggelam dalam pembicaraan serius terkait pemilihan pucuk pimpinan Jakarta, menggantikan Soemarno Sosroatmodjo. Keduanya memilih dan memilah calon pilihan termasuk nama-nama disodorkan Leimena.
Nama calon mengerucut menjadi tiga. Semuanya jenderal. Bung Karno masih kurang cocok, lantaran membutuhkan orang keras, tegas, dan berani untuk menangani segudang masalah di Jakarta. Leimena lantas mengucap nama Ali Sadikin.
Ali Sadikin, menurut Bung Karno, orangnya koppig. “Namun, nyatanya Bung Karno setuju saja dengan seseorang dinilainya koppig itu, seperti dikemukakannya dalam pidato pelantikan saya,” kata Ali Sadikin atau karib disapa Bang Ali dalam biografi Ali Sadikin Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi.
Bung Karno memang tak ingin sembarang pilih orang, sebab sadar betul masalah Jakarta amat besar dan pelik. Kondisi Jakarta saat ekonomi Indonesia sedang merosot di masa itu, tambah runyam dengan krisis di pelbagai sektor seperti lapangan kerja, perumahan, pendidikan, usaha, angkutan umum, dan jaringan komunikasi.
Maka, Bung Karno butuh sosok orang koppig seperti Bang Ali kyang husus menangani masalah di Jakarta. Bung Karno hapal betul rekam jejak Bang Ali saat menjabat Menteri Perhubungan Laut dengan pangkat Mayor Jenderal KKO Marinir, apalagi wataknya dikenal keras tanpa kompromi terhadap ketakberesan.
“Nah, itu perlu dihadapi oleh orang sedikit keras, sedikit koppig (keras kepala), ” kata Bung Karno pada pidatonya dalam himpunan pidato Revolusi Belum: Kumpulan Pidato Presiden Soekarno 30 September 1965-Pelengkap Nawaksara.
Saat dilantik di usia masih 39 tahun, Bung Karno berpesan agar Bang Ali dapat membereskan masalah perencanaan kota, pengelolaan sampah, dan tata lalu-lintas, di samping juga harus mengerti tentang kelautan dan pelabuhan Jakarta.
BACA JUGA: Gubernur DKI Jakarta Perlu Pajak Judi Demi Bangun Kota
“Do je best (lakukan hal terbaik) agar supaya engkau dalam memegang kegubernuran Jakarta Raya ini benar-benar juga sekian lagi orang masih mengingat, die heeft Ali Sadikin gedaan, inilah perbuatan Ali Sadikin,” kata Bung Karno.
Bang Ali memang punya cara sendiri mengemban tugas dari Sukarno. Sikapnya tegas, keras, dan cenderung dicap pemarah. Bang Ali, seturut Wardiman Djojonegoro Kepala Biro Daerah Pemerntah Daerah Jakarta dalam Sepanjang Jalan Kenangan: Bekerja dengan Tiga Tokoh Besar, tidak jarang umpatan keluar dari mulut Bang Ali.
Wardiman yang mengurus segala protokol kegubernuran tahu persis sistem kepemimpinan Bang Ali serba-cepat lantas menuntut cek dan ricek pada tiap kerja.
Meski begitu, perjumpaan Bang Ali dengan Sukarno di pemerintahan tak panjang. Peristiwa 1965, menyingkirkan Si Bung dari pucuk kursi presiden. Orde Lama berakhir diganti Orde Baru.
“Penunjukkan Ali Sadiin menjadi semacam hadiah perpisahan dari Sukarno untuk Jakarta,” tulis Susan Blackburn pada Jakarta Sejarah 400 Tahun.
BACA JUGA: Sihir Bang Ali Hadirkan Hiburan Murah Meriah Warga Jakarta
Sukarno, lanjut Blackburn, tak keliru memilih Bang Ali mengemban tugas membenahi Jakarta karena selama sebelas tahun memimpin, meski sebagian gawainya terbantu dengan pertumbuhan ekonomi Orde Baru, kepribadian dan gayanya memberi kontribusi atas capaian kerjanya.
Dalam membangun Jakarta, Bang Ali tak tebang pilih. Di kampung dibenahi dengan program rehabilitasi kampung Husni Thamrin dengan sasaran pembenahan kampung kumuh. Sarana transportasi diperbaiki, saran kesehatan dibangun, sekolah didirikan, membuat area tumbuhnya seni dan budaya di Jakarta, seperti Taman Ismail Marzuki (TIM), Taman Impian Jaya Ancol, Pekan Raya Jakarta (PRJ), Proyek Senen, Monas, Kebun Binatang Ragunan, dan beberapa hiburan malam. (*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar