Bermain Kucing-kucingan, Permainan Asyik Pengisi Waktu

8 Sep 2021
  • BAGIKAN
  • line
Bermain Kucing-kucingan, Permainan Asyik Pengisi Waktu

Bermain Kucing-kucingan selalu seru dan mengasyikan. Permainan tradisional sangat populer di Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI Yogyakarta.

Permainan kucing- kucingan adalah permainan menirukan gerakan kucing yang sedang saling berebut suatu benda. Selain itu pada tahap terakhir permainan ini diakhiri dengan menyanyikan lagu dengan syair „Dha nggu wang kucing gering‟ mari kita membuang kucing sakit. Di tempat lain permainan ini dikenal dengan nama Kus-kusan atau Alih Lintang.

BACA JUGA: Bermain Dam-Daman Meski Simpel Tapi Seru

Permainan ini merupakan tempat pertemuan dan pergaulan anak-anak sebaya. Permainan ini disebut kucing-kucingan karena melihat dari kata pertama, kucing adalah binatang piaraan. “Ngucing” berarti sifat yang kurang baik yaitu nafsu suka memiliki terhadap sesuatu. Kucing-kucingan yaitu permainan yang menyerupai sifat seekor kucing. Di sini berarti permainan dengan peragaan yang di dalamnya berisi gerakan saling berebutan untuk dapat memiliki sesuatu tempat. Permainan kucing-kucingan ini membutuhkan lima orang pemain.

permainan kucing-kucingan

Permainan Kucing-kucingan dikenal juga dengan nama Kus-Kusan dan Alih Lintang.(Dok/Kemendikbud)

Pemain biasannya laki-laki saja atau perempuan saja. Permainan ini dapat dilakukan oleh segala lapisan masyarakat baik kota maupun desa. Tidak terdapat lagu pengiring dalam permainan ini. Hanya menjumpai sebaris kalimat yang diucapkan secara berirama pada akhir permainan yaitu: ‟Dha mbuwang kucing gering‟ Mari bersama-sama membuang kucing sakit.

Permainan kucing-kucingan berawal dari suatu perkumpulan misalnya lima orang anak berkumpul membentuk sebuah kelompok A, B, D dan E. Kelima orang anak tadi mengadakan undian untuk menentukan siapa yang dadi  dengan cara hompimpah atau suit. Ternyata yang dadi pemain kalah adalah E, dan yang mentas menang adalah A, B,C, dan D.

bermain kucing-kucingan

Bermain Kucing-kucingan selalu menyenangkan bagi anak-anak.(Dok/Kemendikbud)

Sebelum bermain mereka bermusyawarah peraturan yang telah biasa berlaku, yaitu: pertama: apabila pemain mentas meninggalkan tempatnya dan berhasil ditempati oleh pemain dadi, maka matilah pemain mentas tadi; kedua: jika pemain dadi lebih cepat menempati tempat yang kosong, maka matilah peserta mentas; apabila pemain mentas telah lima kali berpindah atau bergantian tempat maka dilakukanlah mbuwang kucing gering. Ini berarti pemain dadi diiringi oleh pemain mentas menuju ke suatu tempat dan kemudian dilepaskan, kemudian para pemain mentas dadi saling berlomba adu cepat berebut mencari tempat.

Sewaktu membuang kucing semua harus ikut, tetap berkelompok sampai batas yang telah ditentukan. Setelah ditentukan siapa yang dadi maka para pemain mentas membuat dua garis masing-masing sepanjang 2,5 meter saling bersilangan tegak lurus. Pada keempat ujung garis tadi dibuatlah lingkaran yang dibuat dengan jalan memutar telapak kaki. Caranya tumit kanan ditekan ke tanah kemudian jempol kaki diangkat sedikit dan diputar ke kanan. Maka di ujung ke empat garis tadi terbentuklah empat lingkaran kecil sesuai dengan ukuran kaki masing-masing pemain.

bermain kucing-kucingan

Permainan Kucing-kucingan kerap disebut sebagai olahraga.(Dok/Kemendikbud)

Keempat anak tadi A, B,C, dan D kemudian berdiri menempati lingkaran yang anak buat sendiri, sedangkan anak yang dadi E berdiri tepat dititik persilangan kedua garis. Anak yang tadi kalah berdiri di posisi tengah. Dengan diam-diam setiap peserta yang mentas berusaha saling berganti tempat dari lingkaran satu ke lingkaran lainnya, baik sebelah kiri maupaun sebelah kanannya. Jadi A dapat bertukar tempat dengan B maupun dengan D, B dapat bertukar tempat dengan A atau C, C dapat bertukar tenmpat dengan B atau D, sedangkan D dapat bertukar tempat dengan A atau C.

Cara bertukar tempat dilakukan dengan cara salah satu tangan masing-masing pemain diulurkan hingga dapat memegang satu sama lain. Kemudian apabila sudah berpegangan baru anak berpindah tempat. Anak mengulurkan tangan saat akan berpindah posisi. Apabila perpindahan tempat tidak diketahui E sebagai pemain dadi, maka selamatlah keduannya. Namun misalnya, saat C dan D ingin saling bertukar tempat, tetapi karena kurang cekatan maka E dapat menduduki tempat D.

Konsekuensinya adalah D menjadi pemain dadi dan berdiri di titik persilangan kedua garis. Saat anak akan berpindah diketahui pemain lain. Sekarang yang jadi adalah D, yang mentas A, B,C, dan E. Pada kali ini perpindahan pemain yang mentas selalu berlangsung selamat, atau dengan kata lain D selalu gagal menduduki salah satu lingkaran kecil tersebut. Hal ini terjadi berulang sampai lima kali, sehingga terjadilah apa yang dinamakan „mbuwang kucing gering‟.

bermain kucing-kucingan

Permainan Kucing-kucingan bisa juga memakai bola.(Dok/Kemendikbud)

Peserta yang mentas A, B, C, dan E kemudian meninggalkan tempatnya lalu menggiring D menuju ke tempat yang telah ditentukan sambil menyanyikan syair „Dha mbuwang kucing gering‟ berulang kali. Setelah sampai ditempat tersebut maka semua pemain A, B, C, D dan E berlomba adu cepat kembali ke tempat semula untuk menduduki lingkaran-lingkaran kecil di ujung garis. Barang siapa tidak memperoleh lingkaran tersebut maka menjadi pemain dadi, dan harus berdiri di titik persilangan garis. Selanjutnya permainan dimulai dari awal lagi.

Apabila kita perhatikan saat anak bermain kucing–kucingan tanpa disadari anak-anak melakukan kegiatan olahraga. Anak-anak akan mengejar temannya dengan berlari sekuat tenaga. Hingga pecahlah tawanya saat buruannya tertangkap. Melalui permainan ini, nilai yang tersisip-sisip adalah ketangkasan dan kecepatan berlari serta banyak lagi permainan-permainan yang bisa membentuk karakter anak.(*)

  • BAGIKAN
  • line