Waldjinah, Ratu Keroncong dari Solo

7 Nov 2019
  • BAGIKAN
  • line
Waldjinah, Ratu Keroncong dari Solo

Bagi kids zaman now mungkin enggak banyak yang kenal  Waldjinah. Tapi di era 50 sampai 60-an, perempuan kelahiran Solo, Jawa Timur 7 November 1945 itu terkenal bak artis-artis yang berseliweran di stasiun TV masa kini.

Waldjinah adalah penyanyi spesialis keroncong yang mengawali kariernya sejak menjadi juara menyanyi di kontes Ratu Kembang Katjag tahun 1958 ketika berusia 12 tahun. Saking hebatnya dalam bernyanyi ia bahkan sering dijuluki Ratu Keroncong.

Waldjinah. (Foto: youtube..com)

Waldjinah. (Foto: youtube..com)

Suara merdu pelantun lagu “Suwe Ora Jamu” ciptaan R.C. Hardjosubroto itu didapat karena ia sering menemani ayahnya, Sri Hadjid Wirjo Rahardjo mencap batik.

Kala itu sang ayah sering memutar musik Jawa saat bekerja, sehingga membuat Wldjinah ikut bernyanyi.

Dulu, Waldjinah sempat putus sekolah. Alasannya klasik yakni tak memiliki biaya. Beruntung kondisi itu ia alami setelah menjadi Ratu Kembang Katjang.

Waldjinah memanfaatkannya untuk bekerja sebagai penyanyi honorer di RRI. Saat itu gaji Waldjinah sebesar Rp15 sampai Rp17.

Kesabaran Waldjinah menghadapi hidup berbuah manis. Pada tahun 1965, ia menjadi juara Bintang RRI.

Sejak saat itu, nama Waldjinah semakin bersinar. Ia banyak menyanyikan tembang-tembang Jawa. Salah satunya lagu “Walang Kekek” yang merupakan ciptaannya sendiri.

Selain menjadi penyanyi solo, ia juga melakukan kolaborasi. Beberapa musisi yang telah bernyanyi bersama Wadjinah seperti Mus Mulyadi, Gesang, Andjar Any, dan Ismail Marzuki.

Julukan Ratu Keroncong ia dapat karena hingga saat ini tercatat sudah lebih dari 200 album dan 1.500 tembang yang dimiliki Waldjinah.

Waldjinah. (Foto: liputan6.com)

Waldjinah. (Foto: liputan6.com)

Sepanjang kariernya, ia telah meraih berbagai prestasi kejuaraan dan ajang penghargaan. Misalnya pada tahun 2002. Ia menerima anugerah seni dari Yayasan Musik Hanjaringrat di Solo bersama musisi lain seperti Gesang.

Terakhir ia mendapat penghargaan dari  AMI Award 2017 kategori Karya Produksi Keroncong/Keroncong Kontemporer/Langgam/Stambul Terbaik.

Kini usianya sudah lebih dari 70 tahun. Namanya pun meredup seiring berkembangnya zaman. Namun, di masa tuanya ia tetap aktif bernyanyi keroncong dari panggung ke panggung. Ia juga mengisi waktu luang untuk mengajar di sekolah musik keroncong yang dirikan di Solo.

  • BAGIKAN
  • line