Tradisi Turun Mandi Sambut Bayi di Minangkabau

Selalu ada cara unik yang dimiliki setiap daerah di Indonesia untuk menyambut kelahiran bayi, salah satunya upacara Turun Mandi di Minangkabau. Lalu, apa makna dan syarat yang dilakukan dalam tradisi Turun Mandi ini?
Turun Mandi merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau ketika lahirnya bayi ke dunia. Upacara ini merupakan bentuk rasa syukur kepad Tuhan Yang Maha Esa karena telah diberikan nikmat berupa anak yang lahir ke dunia ini. Selain itu, upacara ini bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa telah lahir keturunan baru dari keluarga atau suku.
Turun Mandi dilakukan pada bayi yang baru beberapa hari dilahirkan, caranya dengan membawa anak bayi ke sungai terdekat. Sungai yang dipilih pun sungai kecil yang airnya tidak deras. Sebelum pelaksanaan Turun Mandi dilakukan, ada beberapa persiapan yang dilakukan. Seperti mempersiapkan Batiah Bareh Badulang atau beras yang digoreng. Batiah tersebut nantinya akan diberikan kepada anak-anak yang ikut serta dalam upacara Turun Mandi sebagai ucapan terima kasih.
Lalu ada juga Sigi Kain Buruak atau obor dari kain robek. Sigi atau obor dibakar di rumah dan nantinya obor tersebut dibawa ke tempat upacara Turun Mandi. Ada juga Tampang Karambia Tumbua (bibit kelapa siap tanam). Pada saat bayi dimandikan, bibit kelapa dihanyutkan lalu ditangkap oleh ibu si bayi saat kelapa mendekati sang anak. Setelah pulang, kelapa kemudian ditanam yang nantinya akan menjadi bekal hidup si anak kelak.
Tak lupa juga Tangguak atau alat untuk menangkap ikan yang melambangkan bekal ekonomi si anak. Fungsi dari Tangguuak yaitu untuk meletakkan batu yang diambil dari sungai sebanyak tujuh buah, kemudian batu dan tampang karambia dibawa pulang. Batu akan dimasukkan ke dalam lubang tempat karambia ditanam.
Terakhir ada Palo Nasi, yaitu nasi yang terletak paling atas. Nantinya, nasi tersebut akan dilumuri dengan arang dan darah ayam. Tujuannya adalah untuk mengusir makhluk halus yang ingin ikut hadir dalam upacara Turun Mandi.
Sebelum pelaksanaan upacara Turun Mandi, pihak keluagra menentukan terlebih dahulu kapan acara akan dilakukan. Biasanya, hari ganjil untuk bayi laki-laki dan hari genap untuk bayi perempuan. Upacara dilaksanakan dengan menghitung sejak hari pertama kelahiran sang bayi.
Setelah upacara Turun Mandi selesai, semua keluarga dan masyarakat yang terlibat diajak ke rumah orang tua si bayi. Tujuannya adalah untuk menikmati jamuan yang telah disiapkan dan dilanjutkan dengan doa atas kelahiran sang bayi.
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar