Thomas Sutikna, Arkeolog Penemu Homo Floresiensis

Penemuan spesies manusia homo floresiensis tidak terlepas dari andil Thomas Sutikna, M.Hum. Arkeolog kelahiran Baleharjo, Wonosari, Daerah Istimewa Yogyakarta, 16 November 1963 ini merupakan salah satu peneliti yang terlibat dalam eksevasi manusia purba di Indonesia.
Thomas, begitu sapaannya menempuh pendidikan dasar dan menengah di SD Kanisius 2 kemudian melanjutkan ke SMP Kanisius I Wonosari. Kecintaannya terhadap hal-hal yang bersifat kepurbakalaan dipupuk sejak SMP dimana dirinya begitu tertarik dengan ilmu sejarah. Menurutnya, melalui sejarah manusia dapat mempelajari asal-usul kehidupan, budaya dan lingkungannya.
BACA JUGA: Penandatanganan Perjanjian Linggarjati
Ketertarikan Thomas terhadap Zaman Prasejarah membawanya berkutat dengan sejumlah penelitian seputar manusia purba di Indonesia. Setamat SMA, Ia berkuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret(UNS) Surakarta tahun 1983 dengna mengambil jurusan sejarah di Fakultas Sastradan Budaya UNS. Berdasarkan pengakuannya dalam sebuah wawancara, Sutikna memilih UNS karena lokasinya dekat dengan Museum Fosil Sangiran.

Thomas Sutikna memilih jurusan sejarah di Universitas Negeri Sebelas Maret(UNS) Surakarta.(Dok/ uns.ac.id)
Setelah lulus pada tahun 1990, Thomas Sutikna meneruskan studi arkeologinya dan bertemu dengan Raden Pandji Soejono yang saat itu menjabat sebagai peneliti senior di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Tahun 1997, Sutikna melanjutkan studi magister di jurusan arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia hingga lulus tahun 2000.
Selama pendidikan Thomas Sutikna terlibat dalam beberapa penelitian arkeologi di Tanah Air. Manusia purba di Flores termasuk salah satu objek penelitian Sutikna bersama beberapa arkeolog. Penelitian berlangsung dari tahun 2001 sampai 2004 di Liang Bua, Manggarai, Nusa Tenggara Timur(NTT). Penelitian tersebut dipimpin oleh Mike Morwood dan Soejono yang merupakan proyek kerjasama antara Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Universitas New England.

Dalam eksavasi di Liang Bua, Manggarai, Flores, Sutikna dan tim peneliti temukan tengkorak manusia purba.(Dok/ Pusat Penelitian Arkeologi).
Dilansir dari id.wikipedia.org, penelitian tersebut dilakukan bersama Wahyu Saptomo, Jatmiko, Rokus Awe Due dan Thomas Sutikna. Sutikna dan rekan-rekannya berhasil menemukan Homo Floresiensis pada tanggal 2 September 2003. Sebelumnya tim arkeolog ini juga menemukan bagian stegodon ketika tajak milik Benyamin Tarus menggores bagian alias mata tenggorak manusia purba tersebut. Sembilan tengkorak dengan satu tengkorak utuh diberi nama LB1 sebagai holotipe.
Kala itu, Thomas Sutikna dan tim peneliti memperkirakan bahwa umur tengkorat tersebut sekitar 18.000 atau 38.000 tahun lalu. Namun dari hasil penelitian ulang Sutikna kemudian merevisi umur tengkorak manusia purba ini menjadi minimum 50.000 tahun yang lalu.

Atas penemuannya, Thomas Sutikna mendapat penghargaan dari dunia internasional.(Dok/Pusat Penelitian Arkeologi).
Spesies manusia purba yang diberi nama Homo Floresiensis ini dinyatakan lebih tua dibandingkan dengan Homo Sapiens dan merupakan saudara spesies homo sabilis. Thomas Sutikna telah menjadi peneliti di Centre of Archeological Science di Universitas Wollongong, Australia sejak tahun 2011. Ia juga menerima fellowship pascadoctoral Mike Morwood sejak tahun 2014 sampai tahun 2019.
Atas pencapaiannya di bidang arkeologi khususnya penemuan manusia purba, Thomas Sutikna telah menerima dua penghargaan internasional yaitu penghargaan The World’s Most Influential Scientific Minds tahun 2014 oleh Thomson Reuters dan Shanghai Archaeology Forum(SAF) Field Discovery Award tahun 2017.(*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar