Tengok Pesona Mentari Tenggelam di Pantai Batu Kora

Berbicara keindahan wisata Indonesia bagian timur memang tiada habisnya. Pantai Batu Kora salah satunya.
Pantai tersebut berada di Desa Wangel, Kecamatan Pulau Aru, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. Di sana, para pengunjung dimanjakan dengan keindahan alam serta pesona matahari tenggelam.
Salah satu momen paling indah dan ditunggu para pemburu foto yaitu ketika matahari sejajar dengan gugusan batu di kawaan pantai. Pemandangan sisi timur menunjukkan seolah-olah matahari terbenam dari balik batu-batu.
1. Dihias batu-batu besar
Dikutip Inovasi Desa, istilah mengintip mentari dari balik batu biasa diungkapkan masyarakat setempat untuk melukiskan terbenamnya matahari di Pantai Batu Kora.
Tiga pecahan batu besar yang kelilingnya lebih dari 7 meter, dengan tinggi sekitar 5 meter dari dasar laut berbanjar tegak ke tengah laut itu memang merupakan daya tarik utama di pantai tersebut.
Di pantai itu ada juga beberapa batu lain berukuran lebih kecil berdiri di sana membentuk sebuah gugus batu dengan jarak lebih kurang 50 meter hingga 70 meter dari garis pantai.
Pada salah satu bongkahan batu terbesar, di bagian atas terdapat lapisan tanah yang ditumbuhi pohon kelapa dan pinus. Pinus merindang hijau dan kelapa tegak menjulang, subur seperti halnya tumbuh di habitat biasanya.
Ketika laut surut hingga belasan meter dari bibir pantai, pengunjung dengan mudah mendekati batu-batu itu.
Deretan batu yang terbilang unik tampak sempurna karena dibingkai pesisir pantai berpasir putih sejauh hampir 2 kilometer. Di sana berdiri ratusan pohon nyiur sehingga membuat suasana terasa asri kendati matahari siang menyengat.
2. Pemandu dari marga khusus
Terdapat pula lima gazebo sederhana beratap daun kelapa. Pengunjung bisa istirahat sambil menikmati buah kelapa muda yang dijual warga setempat.
Selesai menyantap kelapa muda, pengujung bisa berenang menikmati birunya laut. Semilir angin laut yang mengundang rasa kantuk dapat mengantar pengunjung beristirahat sejenak.
Jangan khawatir, tempat tersebut aman, warga yang ditemui ramah menyapa dan memberi senyum. Untuk menikmati suasana di sana, pengunjung cukup membayar Rp 5.000.
Sajian pesonanya memang menggairahkan penikmat wisata sehingga menjadi pilihan utama warga Dobo, ibu kota Kabupaten Kepulauan Aru, dan sekitarnya. Jaraknya sekitar 3 kilometer dari Dobo.
Para wisatawan dan tamu daerah dari luar daerah yang berkunjung ke sana juga disarankan agar terlebih dahulu mendatangi tempat itu sebelum menjelajahi tempat wisata lain.
Namun, warga setempat selalu wanti-wanti kepada pengunjung yang baru pertama kali datang ke pantai itu agar tidak mendekati batu besar tersebut sendirian. Mereka harus ditemani warga setempat atau pemilik lahan itu, yakni dari keluarga marga Watumlawar.
3. Folklor masyarakat Aru
Keindahan Pantai Batu Kora menyimpan cerita. Konon, pecahan batu itu merupakan tonggak sejarah penentuan kasta dalam kehidupan sosial masyarakat Aru.
Itu bermula dari ”perang” antara dua saudara, Ursia dan Urlima, untuk membuktikan siapa menjadi yang sulung di antara mereka.
Urlima menggunakan simbol ikan paus, sedangkan Ursia melambangkan dirinya dengan ikan hiu.
Keduanya pun melakukan lomba mendayung perahu dari Fatujuring, sebuah desa di Aru bagian selatan, menuju tempat itu. Dalam perlombaan, Ursia tidak bisa mencapai garis akhir karena sampannya karam dihantam gelombang.
Sementara itu, Urlima berhasil mencapai tempat itu dan sampannya menabrak sebuah bongkahan batu hingga batu tersebut pecah menjadi tiga bagian.
Hukum alam membuktikan, Urlima-lah menjadi yang sulung dalam strata sosial masyarakat Aru.
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar