Tambang Batu Bara Ombilin, Situs Warisan UNESCO di Sawahlunto

Ada sebuah destinasi yang wajib kamu kunjungi jika sedang berkunjung ke Sawahlunto, Sumatra Barat. Namanya Tambang Batu Bara Ombilin, salah satu tambang penginggalan kolonial Belanda abad ke-18 hingga awal abad ke-19.
Hebatnya, tempat tersebut sudah diakui oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia pada 6 Juli 2019.
Kini daerah yang terletak di area Bukit Barisan itu telah menjadi objek wisata. Ada banyak hal yang bisa kamu pelajari di Tambang Batu Bara Ombilin.
Ditambah lagi pemandangan di sekitar pertambangan yang masih sangat asri. Buat kamu yang ingin merasakan keindahan sekaligus mencari ketenangan dari hiruk pikuk kota besar, maka tempat ini bisa jadi pilihannya.
Lokasi Tambang Tertua
Rasanya enggak aneh kalau Tambang Batu Bara Ombilin jadi situs warisan dunia. Hal itu karena tempat ini adalah lokasi tambang tertua di Asia Tenggara dan satu-satunya tambang batu bara bawah tanah di Indonesia.
Penetapan UNESCO juga membuatnya sebagai situs warisan dunia di Indonesia ke-5 setelah Candi Borobudur, Candi Prambanan, situs sejarah manusia purba Sangiran di Sragen, dan sistem irigasi persawahan Subak di Bali.
Bukan hanya itu saja, Tambang Batu Bara Ombilin juga sangat berhubungan dengan Revolusi Industri di Eropa di abad ke-18.
Saat itu ditemukan mesin uap, produksi batu bara pun meningkat lantaran menjadi bahan bakar utamanya. Batu bara tak lagi hanya dipakai untuk perapian saja melainkan juga untuk mesin-mesin bertenaga uap.
Sawahlunto Jadi Kota Industri
Tambang Batu Bara Ombilin sendiri ditemukan oleh insinyur Belanda Willem Hendrik de Greve tahun 1868 di Padang Sibusuk.
Namun, di tengah perjalanan ekpedisi eksplorasi kekayaan di Minangkabau digantikan oleh WH de Greve yang kemudian dilanjutkan lagi oleh Ir Verbeck hingga ke Sawahlunto.
Ditemukannya batu bara menjadikan Sawahlunto sebagai kota industri. Pembangunan infrastruktur dilakukan agar bisa mendukung kegiatan pertambangan. Sebagian besar bangunan didirikan antara tahun 1892 dan 1930.
Saat itu tambang batu bara mempekerjakan orang Belanda sebagai tenaga ahli dan pekerja kasar diisi oleh masyarakat sekitar area tambang. Ada juga tahanan yang dipekerjakan secara paksa.
Dari Tambang Jadi Objek Wisata
Tambang batu bara ini sempat dikendalikan pemerintahan Jepang.
Setelah Indonesia merdeka kemudian dikelola oleh Direktorat Pertambangan oleh biro perusahaan pertambangan negara tahun 1958 hingga 1968.
Kemudian Tambang Batu Bara Ombilin menjadi unit produksi dari perusahaan pertambangan batu bara negara Bukit Asam.
Produksi batu bara di tempat ini cukup besar. Malah tahun 1976 mencapai 1.201.846 ton per tahun. Namun, cadangan batu bara semakin menipis.
Pada tahun 2019 Bukit Asam menghentikan operasinya di Ombilin. Kini Tambang Batu Bara Ombilin telah dijadikan objek wisata.
Kamu bisa mendapat informasi menarik di Kantor PT Bukit Asam yang dibangun tahun 1916, Museum Gudang Ransum dan Museum Kereta Api Sawahlunto.
Jangan lupa juga berfoto dengan Mak Itam, kereta uap yang sempat digunaka untuk mengangkut batu bara menyusuri Kabupaten Solok, Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, sampai Kota Padang.
Oh iya, selain Mak Itam, ada juga Paman Hitam yang sama-sama keluaran Eropa dengan nomor seri E1060.
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar