Soetjipto Soentoro, Bintang Macan Kemayoran

Dalam sejarahnya klub Persija Jakarta memiliki sejumlah nama mentereng yang menghiasi kancah sepakbola Indonesia. Salah satu nama yang selalu dikenang sebagai legenda hingga hari ini yakni Soetjipto Soentoro. Dialah pemegang rekor pemain tersubur dengan seragam logo Garuda di dada. Mantan pemain kelahiran Bandung, 16 Juni 1941 itu membukukan 57 gol selama lima tahun berseragam Timnas Indonesia.
Di kalangan insan sepak bola maupun pencinta kulit bundar, Soetjipto Soentoro lebih dikenal dengan nama Gareng. Sebutan Gareng disebabkan bentuk tubuhnya yang mungil namun lincah di lapangan hijau.
BACA JUGA: Mengenal Bapak Sang Putra Fajar, Raden Soekemi Sosrodihardjo
Sebanyak 57 gol itu dicetaknya hanya dalam 68 pertandingan. Pemain yang karib dipanggil Gareng itu membela Timnas Indonesia pada kurun waktu 1965-1970. Rekor tersebut bertahan sampai saat ini. Tidak satupun yang mampu memecahkannya, bahkan Bambang Pamungkas, penyerang abadi Timnas Indonesia, sekalipun.

Soetjipto Soentoro dikenal sebagai bintang dan legenda Macan Kemayoran.(Dok/IG @persija)
Pemain yang akrab disapa Gareng lantaran tubuhnya yang tidak tinggi ini lahir di Bandung, pada 16 Juni 1941. Walaupun lahir di Bandung, Gareng justru bermain di Persija Jakarta sepanjang kariernya dari 1964 hingga pensiun tahun 1971.
Dia bermain di salah satu era terbaik milik Persija di mana klub ibukota ini dilatih oleh drg. Endang Witarsa dengan pemain berbakat macam Yudo Hadianto, Fak Tek Fong, Supardi, Surya Lesmana, dan lainnya.
Bersama Persija, Soentoro menjuarai Kejurnas PSSI pada 1964 (Kompetisi Perserikatan). Di final, Persija bisa mengandaskan Persebaya Surabaya dengan skor meyakinkan 4-1. Pada saat itu juga, dirinya dinobatkan sebagai top skor Perserikatan dengan 16 gol.
Permainan apik bersama Persija, membawanya masuk ke timnas. Kariernya di timnas dimulai pada tahun 1965 dan terus bermain hingga pensiun dari timnas pada 1970. Dirinya memainkan 68 pertandingan dengan mencetak 57 gol (Jumlah pertandingan dan gol nya bisa berubah jika hanya memasukkan pertandingan resmi atau yang diakui oleh FIFA).

Soetjipto Soentoro bersama pelatih legendaris Belanda Guus Hiddink.(Dok/IG @persija)
Soentoro adalah bagian dari tim yang dibawa oleh Maulwi Saelan untuk tur ke Eropa melawan Feyenoord Rotterdam (Belanda) yang merupakan juara Eredivisie dan SV Werder Bremen. Berlaga di negeri orang, bukan berarti dirinya tak mampu mengeluarkan talenta yang dimilikinya. Justru, dirinya mampu mengejutkan orang Eropa yang handal bermain bola.
Tim yang diarsiteki oleh EA Mangindaan ini dipertahankan dan kemudian berhasil meraih beberapa prestasi bergengsi. Timnas menjuarai Piala Emas Agha Khan pada tahun 1966 dan Juara Piala Raja 1968 (yang merupakan gelar pertama di ajang ini) setelah mengalahkan Burma 1-0 berkat gol dari Soentoro. Sayang setahun kemudian, timnas hanya menjadi runner-up Piala Raja 1969.
Soentoro juga mengantarkan timnas menjuarai Merdeka Games tahun 1969. Timnas juara setelah mengalahkan Malaysia 3-2, di mana satu gol di antaranya dicetak oleh Soentoro.
Di turnamen ini dirinya juga dianugerahi gelar top skor dengan 11 gol. Saat pertandingan semifinal melawan Singapura dia mencetak 8 gol dalam kemenangan 9-2. Dua gol lainnya dicetak di penyisihan grup yang masing-masing satu saat melawan Korea Selatan dan Thailand.

Permainan apiknya mengantarkan Gareng jadi Kapten Timnas Indonesia tahun 1970.(Dok/IG @persija)
Soentoro tetap dipercaya menjadi kapten timnas hingga Asian Games 1970. Kala itu, timnas berhasil melaju ke babak perempat final Asian Games 1970. Tepatnya timnas jadi peringkat lima setelah mengalahkan Thailand 1-0. Setelah Asian Games berakhir, Soentoro memutuskan gantung sepatu dengan alasan gagal memberi yang terbaik bagi timnas. Timnas memang dibebani target harus masuk empat besar Asia.
Keputusan yang menunjukkan tanggung jawab besar tetapi juga mengecewakan banyak pihak karena dianggap masih pantas mengemban amanah sebagai penyerang utama timnas. Setahun kemudian, dia memutuskan mengundurkan diri pula dari Persija. Salah satu yang membuat keluarga Sucipto bangga adalah kala Gareng menangani timnas junior di Piala Dunia Junior Tokyo 1979.
Pada tahun 1990 Gareng menderita kanker lever. Selama empat tahun beliau harus berjuang melawan kanker lever yang menggerogoti tubuhnya hingga harus berobat ke Jepang. Pada 12 November 1994 di usia 53 tahun Gareng meninggal dunia dan dimakamkan di pemakaman Tanah Kusir, Jakarta.
Soetjipto “Gareng” Soentoro salah satu penyerang terbaik Indonesia sekaligus pemimpin teladan di timnas memilih untuk pensiun dalam usia yang relatif muda. Dirinya pun meninggalkan dunia ini sebelum memasuki usia lanjut.
Tetapi, kisahnya tetap akan berlanjut. Namanya pantas dikenang sebagai salah satu pemain sepak bola terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Dan kita perlu senantiasa mengingatnya.(*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar