Rekam Jejak Loyalitas Sultan Syarif Kasim II

Bagi Sultan Syarif Kasim II, harta bukanlah segalanya. Ia bahkan rela menyerahkan uang sebesar 13 juta gulden secara cuma-cuma untuk kepentingan kemerdekaan Republik Indonesia melalui Presiden Sukarno.
Jumlah tersebut tidak sedikit, jika memakai kurs mata uang sekarang maka Sultan Syarif memberikan lebih dari Rp1 triliun.
Syarif Kasim II adalah seorang sultan dari Kesultanan Siak, salah satu kerajaan Melayu Islam yang berdiri di Provinsi Riau.
Ia dinobatkan menjadi sultan pada usia 21 tahun menggantikan ayahnya Sultan Syarif Kasim sejak 3 Maret 1915. Sejak masa kolonial Hindia Belanda, sultan yang lahir pada 1 Desember 1893 sudah anti-Belanda.
Memakai cara cerdas melawan penjajah
Sultan Syarif Kasim II memang dikenal sebagai sosok yang cerdas dan berpikiran modern. Hal itu terbukti dengan caranya melawan penjajahan Belanda.
Ia sadar jika menggunakan kekuatan, kesultanannya akan habis dilumat tentara Belanda. Alhasil, sejak dinobatkan menjadi sultan, ia gencar menggalakkan pembangunan di wilayahnya.
Sultan Syarif Kasim II juga berupaya meningkatkan sumber daya manusia dengan cara pendidikan untuk rakyat Siak Inderapura. Hal ini dilakukan guna mengejar ketertinggalan dari orang-orang Belanda.
Ia mendirikan sekolah dasar guna mengimbangi Hollandsch Inlandsche School (HIS) milik Belanda. Sekolah tersebut diperuntukan bagi semua kalangan.
Sultan Syarif II juga membuatkan perahu gratis agar akses menuju sekolah menjadi lebih mudah. Beasiswa bersekolah di Padang, Medan, dan Batavia untuk siswa berprestasi juga dibuatnya.
Permaisuri Sultan Syarif Kasim II, Sarifah Latifah juga turut membantu. Ia membentuk sekolah khusus perempuan pertama di Riau, bernama Latifah School. Perjuangannya dilanjutkan permaisuri kedua, Tengku Maharatu setelah Latifah meninggal dunia.
Diam-diam mendukung ‘pemberontak’
Upaya lain yang dilakukan Sultan Syarif Kasim II adalah menolak kebijakan Belanda mengenai sistem kerja paksa.
Caranya cukup halus yakni memberikan dukungan diam-diam kepada ‘pemberontakan’ Si Koyan 1931. ‘Pemberontakan’ ini dilancarkan oleh mereka yang tak sudi menjadi pekerja paksa.
Bantuan juga diberikan Sultan Syarif Kasim II kepada benteng-benteng pertahanan rakyat. Ia bahkan memberikan fasilitas pelatihan militer kepada para pemuda.
Di saat pemerintahan penjajahan Jepang, Sultan Syarif Kasim II juga menolak kebijakan romusha. Hingga akhirnya kabar Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan didengarnya.
Sultan Syarif Kasim II sangat mendukung hal itu. Beberapa pekan setelah proklamasi, ia mengirimkan telegram ke Sukarno.
Isinya Kesultanan Siak Sri Inderapura siap bersatu dengan Republik Indonesia. Dilansir dari buku Sultan Syarif Kasim II: Riwayat Hidup dan Perjuangannya 1893-1968 (2004) dalam telegram itu juga mengatakan kalau Sultan Syarif Kasim II bersedia menyumbangkan 13 juta gulden.
Sebulan sebelumnya, ia membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) serta Barisan Pemuda Republik di wilayahnya. Pembentukan ini juga diiringi dengan pengibaran bendera merah putih di depan istana dan ikrar kepada Republik Indonesia dari Sutan Syarif Karim II serta rakyat Siak Sri Inderapura.
Membujuk kerajaan lain
Ikrar yang diucapkan Sultan Syarif Kasim II tersebut ternyata membuat Belanda geram. Saat kembali datang bersama sekutu, sultan mendapat ancaman.
Ia pun akhirnya dilarikan ke Aceh untuk berlindung. Sebelum pergi Sultan Syarif Kasim II menyerahkan istana serta hampir seluruh kekayaannya kepada Indonesia.
Di Serambi Mekah, Sultan Syarif Kasim II terus berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dengan caranya sendiri. Ia membujuk para raja-raja di Sumatra untuk bergabung dengan Indonesia.
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar