Perlawanan Rakyat Banjar dalam Perang Banjarmasin

Pada masa penjajahan Belanda, masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan(Kalsel) pernah melakukan perlawanan sengit terhadap Belanda. Perlawanan itu kemudian dikenal dengan peristiwa Perang Banjarmasin. Bagaimana kronologi dan penyebab Perang Banjarmasin dan siapa saja yang terlibat dalam pertempuran itu?

Dilansir dari buku Sejarah Indonesia Modern karya M.C. Ricklefs(1981) interaksi antara Belanda dan Kesultanan Banjar mulai terjadi pada sekitar 1840-an. Belanda melakukan intervensi di beberapa wilayah Kesultanan Banjar dan memadamkan sengketa-sengeketa domestik kesultanan.

BACA JUGA: Deklarasi Partai Masyumi

Atas jasa tersebut, Belanda mendapatkan hak khusus untuk mencampuri urusan dalam negeri Kesultanan Banjar. Interaksi antara Belanda dan Kesultanan Banjar menimbulkan banyak permasalahan yang memuncak pada perlawanan Pangeran Antasari dalam Perang Banjar.

pangeran antasari pemimpin perang banjar

Pangeran Antasari menjadi pemimpin rakyat Banjar dalam melawan Belanda.(Wiki Commons)

Salah satu penyebab utama terjadinya Perang Banjarmasin yakni rakyat menjadi sasaran eksploitasi Belanda dan Kesultanan Banjar. Selain itu munculnya perebutan tahta Kesultanan Banjar akibat campur tangan Belanda dan sikap sewenang-wenang dari Tamjidillah yang ditunjuk Belanda sebagai Sultan Banjar. Pada 9 November 1859 pecahlah Perang Banjar sebagai bentuk perlawanan rakyat Banjarmasin terhadap Belanda.

Jalanannya Perang Banjarmasin melibat dua sosok utama sebagai pemimpinnya yaitu Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah II. Kedua tokoh ini memimpin perlawanan terhadap Belanda dan tambang Batubara di wilayah Pengaron. Dalam serangan tersebut tentara Belanda dapat dilumpuhkan dan pasukan Pangeran Antasari mampu menguasai tambang batubara di Pengaron.

Rakyat Banjar berhasil merebut tambang batubara

Dalam perang pertama, rakyat Banjar berhasil merebut tambang batubara dari Belanda.(Wiki Commons)

Dalam buku Pengustian dan Temanggung: Akar Sosial, Politik, Etnis dan Dinasti, Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dari Helius Sjamsudin(2014), dicatat bahwa Belanda membalas serangan Pangeran Antasari dengan menawan keluarga Pangeran Hidayatullah II dan meminta Hidayatullah II untuk keluar dari persembunyian.

Hidayatullah II secara terpaksa harus keluar dari persembunyian untuk menyelamatkan keluarganya. Sampai di Istana Sultan Banjar, Hidayatullah II ditangkap Belanda dan diasingkan ke Cianjur. Seusai ditinggalkan Pangeran Hidayatullah II, Pangeran Antasari terus melanjutkan perlawanan. Wilayah perlawanan Pangeran Antasari meliputi daerah-daerah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

berakhirnya perang banjar

Perang Banjar mulai meredup ketika Pangeran Antasari sakit paru-paru dan cacar.(Wiki Commons)

Perang Banjarmasin mulai meredup ketika Pangeran Antasari mengidap penyakit paru-paru dan cacar. Meskipun dalam keadaan sakit keras, keinginan Pangeran Antasari untuk menjadikan Kesultanan Banjar sebagai wilayah berdaulat tidak pernah padam. Pangeran Antasari meninggal pada Oktober 1862 dan menitipkan pesan kepada para pengikutnya untuk terus berjuang hingga titik darah penghabisan.

Sebagai penghargaan atas jasa dan pengorbanannya dalam Perang Banjarmasin, Pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Pangeran Antasari dan namanya diabadikan pada sejumlah tempat termasuk jalan protokol di ibu kota negara, Jakarta.(*)

  • BAGIKAN
  • line