Peristiwa Mandor, Saksi Kelam Kekejaman Tentara Angkatan Laut Jepang

28 Jun 2022
  • BAGIKAN
  • line
Peristiwa Mandor, Saksi Kelam Kekejaman Tentara Angkatan Laut Jepang

Perjuangan dan pengorbanan rakyat Kalimantan terhadap kemerdekaan Indonesia begitu besar. Perlawanan masyarakat Kalimantan khususnya Pontianak tercatat dalam tinta emas sejarah Republik Indonesia. Hari ini, tanggal 28 Juni masyarakat Kalimantan mengenang salah satu peristiwa paling kelam yakni Peristiwa Mandor.

Setiap tanggal 28 Juni, masyarakat Kalimantan Barat memperingati Hari Berkabung Daerah. Peringatan tersebut untuk mengenang perjuangan rakyat Kalimantan Barat yang dibantai Nippon Teikoku Kaigun atau Tentara Angkatan Laut Jepang.

BACA JUGA: Mandi dengan Air Panas Bikin Kulit Kering

Peristiwa Mandor adalah peristiwa berdarah dengan korban ribuan jiwa terjadi pada 28 Juni 1944. Ketika itu ribuan rakyat tidak berdosa dibantai secara keji oleh tentara Jepang. Pembantaian ini menyisir seluruh lapisan masyarakat mulai dari keluarga kesultanan, kaum cerdik pantai hingga rakyat biasa.

rakyat dibantai tentara jepang

Peristiwa Mandor menurut data pemerintah Kalbar menelan korban 21.037 jiwa.(Dok/kalbarprov.go.id)

Peristiwa Mandor pecah karena kecurigaan dan kekhawatiran Jepang akan adanya aksi perlawanan rakyat. Padahal hal tersebut sengaja dihembuskan untuk dijadikan alasan tentara Jepang melakukan penindakan. Jepang kemudian melakukan pembersihan sebagai upaya pencegahan mulai dari Oktober 1943 hingga 28 Juni 1944. Jumlah korban resmi menurut pemerintah Kalimantan Barat yakni 21.037 jiwa.

Dampak dari peristiwa pembantaian ini antara lain hilangnya generasi cerdik pantai, kaum terpelajar hingga tokoh politik yang dapat menjadi modal untuk membangun Kalimantan Barat. Selain itu dua belas pemimpin swapraja/kesultanan yang gugur dan menyebabkan pemerintahan terganggu serta mandek. Kekejaman Jepang terhadap rakyat juga memantik perlawanan etno-gerilya Suku Dayak di seluruh wilayah Kalimantan Barat.

pembantaian mandor oleh jepang

Peristiwa Mandor menyebabkan satu generasi masyarakat Kalimantan Barat binasa(Dok/kalbarprov.go.id)

Sebelum terjadi peristiwa mandor terjadilah peristiwa cap kapak dimana kala itu pemerintah Jepang mendobrak pintu – pintu rumah rakyat (Tionghoa, Melayu, Maupun Dayak) mereka tak ingin terjadi pemberontak-pemberontak  di kalimantan barat. Walaupun demikian ternyata menurut sejarah yang dibantai bukan hanya kaum cendekiawan maupun pihak kesultanan namun juga rakyat-rakyat jelata yang tak tahu apa-apa.

Tak dikenal apakah karena tentara Jepang memang beringas, kala itu pisau dilarang oleh penjajah Jepang. Jepang memang telah menyusun rencana genosida untuk memberangus semangat perlawanan rakyat Kalbar kala itu. Suatu harian Jepang Borneo Shinbun, koran yang terbit pada masa itu mengungkap rencana tentara negeri samurai itu untuk membungkam kelompok pembangkang kebijakan politik perang Jepang. Tanggal 28 Juni diyakini sebagai hari pengeksekusian ribuan tokoh-tokoh penting warga pada masa itu.

monumen peristiwa mandor

Pemerintah Kalimantan Barat menetapkan tanggal 28 Juni sebagai Hari Berkabung Daerah.(Dok/kalbarprov.go.id)

Korban-korban secara garis besar yang menjadi korban keganasan Jepang kala itu yaitu Sultan-sultan Pontianak Muhhamad Alqadrie (74), Pangeran Adipati (31). Pangeran Akbar (26), JE Patiasina (51), Ng Nyiap Sun (40), Lumban Pea (43).

Salah satu yang paling bertanggung jawab dalam Peristiwa Mandor yakni Syuutizitiyo Minseibu, pimpinan Tentara Angkatan Laut Jepang di wilayah Kalimantan. Sampai kini tak sedikit korban pembantaian yang tak diketahui makam dan tempat keberadaannya.

Belakangan kemudian, tahun 1946, ditemukan pusat pembantaian terbesar berada di Kopiang Mandor. Makam Juang Mandor kini menjadi area pemakaman para pejuang Kalimantan Barat yang melawan pendudukan Jepang. Makam Juang Mandor menjadi saksi bisu atas terjadinya tragedi Mandor Berdarah.(*)

  • BAGIKAN
  • line