Meuseukat, Dodol Khas Aceh yang Berbentuk Indah

Aceh memiliki banyak makanan tradisional yang terkenal. Di antaranya mie Aceh, nasi goreng Aceh, keumamah ikan, ayam tangkap, dan masih banyak lagi. Namun, ada yang menarik perhatian dari jenis kuliner Aceh, yakni dodol meuseukat. Jika biasanya panganan dodol berwarna coklat, tetapi dodol meuseukat memiliki warna kuning. Bagi masyarakat Aceh, meuseukat disebut sebagai “ulee” atau “kepala” kue dalam bahasa Aceh.
Sama seperti dodol pada umumnya, meusekat memiliki rasa manis dengan tekstur lembut dan kenyal. Rasa manis dodol ini berasal dari campuran nanas. Maka dari itu, meuseukat kerap disebut dodol nanas. Dodol ini berbentuk bundar besar, tetapi ada juga yang berbentuk kotak kecil atau silinder panjang.
BACA JUGA: Tertawa Bikin Hubungan Langgeng
Dikutip dari 1001 Resep Menu Masakan, Meuseukat terbuat dari campuran tepung terigu, air, gula, mentega, nanas, dan air jeruk, pengolahan dodol satu ini butuh waktu lama dan ketekunan. Caranya, nanas dan jeruk akan disaring terlebih dahulu agar halus dan tidak berserat dalam adonan. Lalu, adonan tepung terigu dan mentega ditambahkan ke dalam air gula.

Meuseukat memiliki bentuk yang indah dengan hiasan unik.(Dok/1001 Resep Menu Masakan)
Adonan dimasak dengan api kecil sambil terus diaduk dengan sendok kayu, selama minimal dua jam. Bila telah matang, kue dodol ini dituangkan ke dalam wadah beralas plastik untuk menghindari lengket, serta agar lebih mudah saat memotongnya.
Pembuatan meuseukat tidak menggunakan pewarna tambahan, warna putih kekuningan berasal dari tepung terigu dan nanas. Warna meuseukat mengandung filosofi mendalam. Melambangkan kejernihan hati masyarakat Aceh yang sangat memuliakan tamu, baik dalam berperilaku maupun saat menyajikan makanan.

Meuseukat bisa dibuat sendiri di rumah asal bahan-bahannya lengkap.(Dok/1001 Resep Menu Masakan)
Berbeda dengan dodol biasa, keunikannya terletak pada permukaan meuseukat yang diberi hiasan ukiran cantik. Hiasan ini dilakukan setelah meusekat matang. Ukiran biasanya berbentuk bunga mawar, bunga melati, atau pintu rumah Aceh yang tak kalah indah.
Meuseukat mendapat tempat utama atau paling tinggi di antara panganan tradisional lainnya. Maka dari itu, meusekat lebih banyak disajikan pada acara atau momen khusus, terutama untuk menyambut kehadiran tamu. Kamu akan menemui meuseukat jika datang ke perhelatan besar di Aceh, misalnya acara pernikahan, hari raya Idulfitri, dan hari raya Iduladha.

Meuseukat sering dibawa saat hantaran dalam proses adat Aceh.(Dok/1001 Resep Menu Masakan)
Meusekat kerap menjadi hantaran pada proses tueng dara baro (menjemput pengantin wanita), setelah pernikahan ke rumah linto baro (pengantin pria). Dalam tradisi tersebut, pengantin wanita beserta rombongan keluarganya diundang ke rumah mertua. Berbagai kue-kue tradisional telah mengisi talam (nampan), yang sebelumnya dipakai untuk membawa seserahan dari pihak pria.
Dahulu, Desa Lambung yang tak jauh dari pantai Ulee Lheue menjadi sentra penghasil kue khas Aceh, termasuk meuseukat. Namun, setelah kejadian tsunami, terpencar menjadi beberapa sentra seperti di desa Lampisang dan Darussalam.

Rasa manis Meuseukat berasal dari nanas.(Dok/1001 Resep Menu Masakan)
Kini, meusekat dijadikan salah satu andalan oleh-oleh dari Aceh. Meuseukat juga banyak dijual di sepanjang jalan lintas Banda Aceh, hingga Meulaboh. Namun, tak semua toko kue atau pasar tradisional menyediakan meuseukat, karena proses pembuatan yang rumit. Biasanya pembeli harus memesan terlebih dahulu, terutama untuk pilihan ukuran dan hiasan tertentu.(*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar