Mengenang Kembali Permainan Tradisional Ular Naga

Di tengah menjamur dan populer permainan dari game online yang dimainkan melalui gadget atau telepon pintar, permainan tradisional seperti Ular Naga seperti tersisih. Padahal permainan ular naga sangat populer bagi anak-anak kelahiran tahun 70-an hingga 90-an awal.
Permainan Ular Naga saban kali dilakukan secara beramai-ramai di saat waktu senggang atau sepulang sekolah. Permainan ini selalu mengundang tawa ria dan keramaian yang luar biasa. Apalagi permainan Ular Naga melibatkan banyak anak sehingga barisannya jadi panjang.
BACA JUGA: Berselancar ke Lorong Waktu di Museum Nasional
“Ular naga panjangnya bukan kepalang. Menjalar-jalar selalu kian kemari. Umpan yang lezat itulah yang dicari. Ini dianya yang terbelakang.” Apakah kamu akrab dengan ucapan ini?

Permainan Ular Naga biasanya melibatkan sekelompok anak.(Dok/youtube dolanan anak)
Ya, itulah ucapan khas saat bermain Ular Naga. Permainan ini tidak memakan biaya atau paket internet. Saat main Ular Naga yang dibutuhkan hanya sekelompok anak. Biasanya akan ada dua orang yang saling menyatukan tangan membentuk gerbang kecil.
Nantinya, para pemain lain dan membentuk satu barisan, akan ada yang jadi kepala dan buntut ular naga dengan diramaikan anak-anak lain di tengah-tengahnya. Beriringan, satu barisan layaknya ular naga itu akan berkeliling keluar-masuk “gerbang”.
Sepanjang permainan saat keluar-masuk itulah dinyanyikan bersama lirik lagu ciptaan Saridjah Niung Bintang Soedibjo alias Ibu Soed itu. Saat lagu berakhir, anak yang berada tepat di bawah “gerbang” akan terkunci.

Sekelompok anak asyik menikmati permainan ular naga.(Dok/Kemendikbud)
Nantinya, anak yang “terkunci” di gerbang itu akan disuruh memilih, mau ikut “gerbang” yang kanan atau kiri sebagai pengikut. Begitu terus sampai rangkaian ular naga itu kehabisan pemain atau ya kalau anak-anak itu dipanggil pulang orangtuanya.
Biasanya di beberapa versi di daerah di Indonesia, terdapat pula dialog bantah-bantahan antara “gerbang” dan kepala atau induk ular naga, setiap kali seorang anak ditangkap. Dialognya seperti ini:
Induk (I) : “Mengapa anak saya ditangkap ?”
Gerbang (G) : “Karena menginjak-injak pohon jagung.. ”
I : “Bukankah dia sudah kuberi (bekal) nasi ?”
G : “Nasinya sudah dihabiskan ”
G2 : (menyeletuk) “Anaknya rakus, sih… ”
I : “Bukankah dia membawa obor ?”
G : “Wah, obornya mati tertiup angin.. ”
I : “Bukankah …. ?”
G : “….. “, dan seterusnya
Percakapan bantahan akan terus terjadi sampai ada yang menyerah memberi bantahan. Lantas untuk meyakinkan kokohnya “penjara” yang dihadapi pemain yang ditangkap, induk biasanya menanyakan:

Siapapun pasti ingat permainan ular naga karena menyenangkan.(Dok/Kemendikbud)
(Sambil menepuk/menunjuk salah satu lengan si “gerbang”)
I : “Ini pintu apa ?”
G : “Pintu besi !”
I : “Yang ini ?”, (menepuk tangan yang lain)
G : “Pintu api !”
I : “Ini ?” (menunjuk tangan yang lain lagi)
G : “Pintu air !”,
I : “Dan ini ?” (menunjuk tangan yang terakhir)
G : “Pintu duri !”
Putus asa, yakin bahwa “penjara” tak tertembus, si induk kemudian menoleh kepada anaknya:
I : “Kau mau pilih ‘bintang’ atau ‘bulan’ ?”
A : “Bintang !”
Dan kemudian anak yang malang itu ditempatkan di belakang salah satu “gerbang”, yang digelari ‘bintang’. Setelah itu, permainan diulang lagi sampai semua tertangkap.
Permainan ini sendiri dapat dimainkan tanpa alat bantu apapun oleh tujuh orang pemain atau lebih. Cara bermainnya sangat mudah, pertama-tama tentukan dua orang yang akan menjadi penjaga. Sisanya harus berjalan melewati penjaga dengan cara berbaris dan meletakkan tangan di pundak temannya.

Saat bermain ular naga, anak-anak biasanya menyanyikan lagu ciptaan Ibu Soed.(Dok/Kemendikbud)
Saat permainan, anak-anak harus menyanyikan lagu ular naga, dan ketika lagu berakhir, akan ada satu anak yang terperangkap di antara penjaga. Anak yang terperangkap tersebut harus memilih untuk berpihak pada salah satu penjaga lalu berdiri di belakangnya. Lakukan cara ini sampai anak ular naga habis.
Saat nyanyian telah habis, dua orang yang membentuk lorong tersebut akan menurunkan tangan dan mengunci satu orang untuk ditangkap.
Manfaat edukatif yang ada di permainan ini seperti pengembangan kecerdasan, emosional, kerjasama, serta sosialisasi anak. Dengan permainan ular naga, anak-anak belajar mengenal teman-teman dengan cara yang ceria dan penuh sukacita. Selain itu, permaianan ini juga membantu anak-anak bersosialisasi dengan sesama teman dengan asyik serta menyenangkan.
Bagaimana, penasaran ingin mengulang lagi permainan ular naga?(*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar