Melacak Jejak Asal-Usul Soedirman, Bintang Perang Panglima Indonesia

Keharuman nama Jenderal Besar Soedirman ketika melawan penjajahan Belanda tak akan pernah lekang dimakan zaman. Sosok pahlawan yang dikenal pemberani itu lahir tanggal 24 Januari 1916 di Bodas, Karangjati, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Berdasarkan sejarah pada umumnya, nama Soedirman diberikan oleh Raden Tjokrosoenarjo, seorang wedana (asisten atau pembantu pimpinan wilayah Daerah Tingkat II/kabupaten) di Rembang, Purbalingga.
Ia lahir dari rahim Siyem, wanita asal Purwokerto. Siyem adalah istri Karsid Kartoworidji, pekerja pabrik gula. Sebelum dilahirkan, Tjokrosoenarjo telah meminta izin Siyem dan Kartoworidji untuk merawat Soedirman. Karena itu, setelah dilahirkan Soedirman kemudian dirawat dan tinggal di rumah wedana tersebut. Adapun Tjokrosoenarjo adalah suami Toeridowati, yang merupakan kakak kandung Siyem.
Namun, menurut buku Seri Tokoh Militer Tempo (2012) saat mewawancarai Mohamad Teguh Bambang Tjahjadi, anak bungsu Soedirman, menjelaskan bahwa tokoh yang kemudian hari menjadi Panglima Perang Indonesia itu adalah anak kandung Raden Tjokrosoenarjo.
“Belum ada satu pun buku yang menulis soal ini (versi keluarga),” kata Teguh seperti yang dikutip dari buku Seri Tokoh Militer Tempo (2012).
Sementara itu, sejarawan Anhar Gonggong, kata Teguh, pernah memberinya saran agar menuliskan semua riwayat Soedirman dari persepsi dan pengakuan keluarga. Namun, hingga saat ini dia belum pernah melakukan hal tersebut.
Jejak Pendidikan Soedirman
Pada 1923 Soedirman mulai memasuki masa sekolah. Berkat status pamannya yang bekas pejabat, Soedirman yang saat itu berusia tujuh tahun bisa memperoleh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS; setara sekolah dasar).
Di sekolah milik pemerintahan Belanda itu, Soedirman dikenal sebagai murid yang rajin, disiplin, dan pandai. Bahkan, kepandaian Soedirman di atas rata-rata murid lainnya. Di HIS itu pula, Soedirman semakin menunjukkan tanda-tanda keberhasilannya di masa mendatang.
Tahun 1930 Soedirman lulus dari HIS, dan melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO; setingkat sekolah menengah pertama) Parama Wiworotomo, Cilacap. Pada masa itu merupakan momen penting bagi Soedirman. Di sekolah itu, Soedirman mulai mendapatkan pemahaman nasionalisme dari para guru yang aktif dalam organisasi Boedi Oetomo, seperti Raden Soemojo dan Soewardjo Tirtosoepono.
Di masa itu pula, Soedirman mulai aktif dalam organisasi kepanduan di bawah panji Muhammadiyah, yakni Hizbul Wathan (HW). Di organisasi itu, ia menjadi seorang pandu yang semakin disiplin dan penuh dengan tanggung jawab.
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar