Lika Liku Kehidupan Baby Huwae

Baby Constance Irene Theresia Huwae adalah salah satu bintang berbakat yang pernah dimiliki Indonesia. Lahir di Rotterdam, Belanda, 22 November 1939, Baby Huwae, sapaan akrabnya mampu menyihir siapa pun dengan bakat menyanyi dan aktingnya.
Perempuan berdarah Jawa-Jerman ini bersinar pada era 50-an hingga 60-an. Ia memulai karier di dunia hiburan sebagai modeling.
Hingga akhirnya Huwae mendapat tawaran untuk bermain di film Asmara Dara (1958) bersama Aminah Cendrakasih dan Chitra Dewi, yang kemudian ikut melesatkan nama Huwae.
Film garapan Usmar Ismail ini adalah film drama musikal Indonesia. Asmara Dara bercerita tentang sekelompok perempuan muda yang tinggal di salah asrama.
Huwae berperan sebagai Maria, pramugari cantik yang terjebak cinta segitiga dengan seorang pilot dan seorang pengusaha. Pada tahun yang sama Huwae mendapat tawaran bermain film Djuara Sepatu Roda.
Kemudian, pada tahun 1959, tiga film yang dimainkan oleh Huwae di 1959 yakni Gembira Ria, Serba Salah, dan Tiga Mawar.
Pada tahun yang sama pula, Huwae membentuk grup perempuan bersama Rima Melati, Gaby Mambo, dan Indriati Iskak bernama The Baby Dolls. Grup tersebut muncul setelah mereka bermain bersama di film Djuara Sepatu Roda.
Menariknya, Huwae dikenal sebagai aktris yang cukup dekat dengan presiden pertama Republik Indonesia Ir Sukarno.
Bahkan sang Proklamator itu memberikan nama lain untuk Huwae, Lokita Purnamasari. Kedekatannya ini memunculkan gosip kalau ia dekat dengan Sukarno. Namun, kabar tersebut ditampik oleh Huwae.
Pada tahun 1960, ia akhirnya menikah dengan Nanang Karnadi. Mereka bertemu pertama kali di pesta ulang tahun Indriati Iskak, tiga tahun sebelumnya.
Pernikahan ini pula yang membuat Huwae pindah agama dari Katolik menjadi Islam. Setelah pindah agama ia sempat pergi haji dengan istri Sukarno, Dewi Soekarno.
Ada satu pengalaman menarik yang dialami oleh Huwae saat melangsungkan pergi haji. Dilansir dari koran Tempo edisi 1 Januari 1970. Di Mekah ia terus menerus makan daging kambing. “Sehingga setibanya di Indonesia, Huwae sudah tidak doyan lagi daging kambing”.
Pengalaman lainnya yakni ketika proses lempar jumrah, salah satu rukun menjalankan ibadah haji. Seperti yang lain, ia membutuhkan batu untuk dilempar.
Ia pun mencari batu kecil sebanyak 7 buah. Kebetulan ketika ia mencari waktu sudah malam dan cukup gelap.
Merasa berhasil mengumpulkan batu kecil, Huwae kembali ke rombongan. Tak disangka, saat memperhatikan batu yang ia pungut tadi, ternyata ada beberapa kotoran kambing yang sudah mengeras di dalamnya.
Setelah dipersunting, Huwae lebih fokus ke permodelan dan mengurangi tawaran akting. Selama beberapa tahun ke depan, ia hanya membintangi satu film, yakni Amor dan Humor (1961).
Sayangnya kisah cinta Huwae dan Karnadi kandas setelah berumah tangga selama 18 tahun dan memiliki 7 anak. Mereka bercerai pada tahun 1978.
Huwae juga sempat menjadi saksi dalam sebuah kasus skandal seks dan penggelapan yang melibatkan mantan Menteri Urusan Bank Sentral Republik Indonesia, Jusuf Muda Dalam.
Film terakhir yang ia bintangi adalah Tiada Maaf Bagimu (1971). Setelah itu, Huwae pensiun sebagai aktris dan banting stir sebagai pengusaha dan peramal. Tahun 1979, Huwae menggunakan nama pemberian Sukarno, Lokita Purnamasari sebagai nama butik.
Aktivitasnya sebagai peramal berakhir pada tahun 1985. Dilansir dari koran Tempo edisi 21 Desember 1985, Huwae mengaku letih.
Tak heran karena dalam sehari tamunya bisa mencapai 200 orang lebih. Ia bahkan sempat menaikan tarif ramalannya dengan maksud membatasi tamu. Sayang hal itu tak berhasil.
“Saya lelah secara fisik, mungkin karena umur, mungkin juga sudah harus berhenti sesuai dengan dawuh atau pesan yang saya terima melalui getaran lama kosmos,” katanya mepada wartawan Tempo Mustgafa Helmy.
Dua tahun setelah pensiun sebagai peramal, Huwae jatuh sakit. Tak tanggung-tanggung ia mengidap penyakit ginjal. Dara cantik itu sempat terbaring lemah di kediamannya di Jalan Timor, Jakarta Pusat.
Seminggu sekali Huwae harus cuci darah. “Sekali cuci ongkosnya Rp250 ribu,” ucapnya seperti dilansir koran Tempo edisi 31 Oktober 1987.
Sebenarnya ia sudah meramalkan kalau pada tahun tersebut akan jatuh sakit.
“Dalam mimpi itu kakek saya muncul. Dia mengatakan bahwa saya akan jatuh sakit tahun ini. Nah, ternyata benar,” tutur Huwae.
Penyakitnya terus menggerogoti tubuhnya hingga ia tutup usia pada tahun 1989.
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar