Kisah Produk Herbal UKM Desa Sukses Tembus Pasar Global

Selama pandemi COVID-19 melanda, tidak sedikit usaha yang merayap bahkan gulung tikar. Tapi di sisi lain justru menciptakan peluang bisnis baru yang lebih menguntungkan. Hal inilah yang melatari Armila Fazri Nasution mengembangkan usaha di bidang pengolahan rempah dan herbal.
Alumni Politeknik Pembangunan Pertanian(Polbangtan) Medan ini sukses mejalani usaha herbal sehingga menembus pasar global. Armila bersama Najah Group membangun usaha dari hasil pertanian desa dan menjadi millenial agropreneur. Tidak hanya itu, ia juga menjadi salah satu generasi muda yang berperan sebagai motor penggerak desa.
BACA JUGA: Restoran Halal nan Menawan di Kawasan Wisata Lombok, NTB
Menurutnya desa adalah masa depan bangsa yang jika serius mengurusnya dan pertanian adalah ujung tombaknya. Oleh karena itu Armila bersama rekan-rekannya terus melakukan upaya mengembangkan bisnis yang berasal dari hasil pertanian. Tujuannya yakni untuk menggerakkan perekonomian rakyat khususnya masyarakat desa.

Armila Fazri Nasution sukses menggerakan kelompok tani untuk garap UKM herbal.(Dok/Najah Group)
Armila berharap dengan upaya tersebut pihaknya menjadi solusi dalam membantu petani menciptakan produk unggulan daerah khususnya rempah sehingga bisa bersaing di pasar global. Ia memilih fokus pada pengolahan kulit kayu manis menjadi beberapa produk herbal dan turunannya. Hal itu sesuai dengan visi Najah Group yaitu menjadi unit usaha padat karya terbaik dalam menghasilkan rempah-rempah dari potensi hasil pertanian daerah.
Dalam menjalankan usahanya, Armila bersama Najah Group memiliki cara tersendiri dalam memasarkan produknya. Mereka menjaring mitra pemasok dengan sistem reseller yang saat ini sudah mencapai 20 dan tersebar di beberapa wilayah. Selain itu, Armila dan kelompoknya menjalin kerjasama dengan beberapa toko obat dan tentunya juga pemasaran pada pasar lokal.
Selain itu, Armila juga memasok herbalnya ke warung-warung di perkampungan sekitar lokasi usaha. Di tengah maraknya penjualan daring, Armilla membidik pemasaran online baik melalui media sosial maupun market place seperti Tokopedia serta Mastore Indonesia.

Selama pandemi COVID-19 harga kayu manis meningkat tajam.(Dok/Najah Group)
Seperti diketahui bahwa Najah Group merupakan salah satu usaha kecil menengah(UKM) Desa Siundol Julu, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara.
Fokus UKM ini adalah pengolahan kulit kayu manis menjadi produk turunan. Selama pandemi COVID-19 melanda, Armila bersama Najah Group seperti mendapat berkah. Pasalnya permintaan pasar terhadap produk herbal dari kulit kayu manis meningkat tajam. Najah Group memproduksi bubuk kayu manis dan stik kayu manis. Permintaan terhadap kayu manis juga berdatangan dari negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Brunei.
Kayu manis dipercaya meningkatkan sistem imun sehingga banyak dicara masyarakat. Inilah yang membuat produk kayu manis menjadi laku keras di pasaran. Para petani pemilik dan penjual kayu manis meraup keuntungan yang besar. Satu kilogram batang kayu manis dijual berkisar Rp40.000-Rp70.000. Sementara bubuk kayu manis Rp70.000 per kilogram.

Permintaan terhadap produk kayu manis berdatangan hingga dari luar negeri.(Dok/Najah Group)
Bubuk yang dikemas dalam botol seukuran 65gr diberi merek “Cinnamon Ground” ini dijual seharga Rp20 ribu/botolnya, saat ini dalam per hari bisa terjual Rp4 juta.
Hasil penjualan produk herbal dari kayu manis tersebut, Armila Fazri Nasution memberlakukan sistem bagi hasil dengan kelompok taninya. Sebagian lagi dijadikan modal usaha bersama dan pengembangan usaha.(*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar