Kisah Heroik Perebutan Benteng Victoria

Peristiwa ini dipicu adanya deklarasi Republik Maluku Selatan (RMS) yang dipimpinan DR Robert Steven Soumokil pada 25 April 1950. Sejak saat itu, Presiden Soekarno memerintahkan operasi militer untuk tetap menyatukan Maluku bagian dari Indonesia.
Setelah mendarat dan mengepung Ambon, terjadi pertempuran terjadi dalam rangka merebut Benteng Nieuw Victoria pada 3 November 1950. Tentara Indonesia bisa menguasai Benteng Nieuw Victoria Ambon, dan Republik Maluku Selatan akhirnya berhasil digulingkan lewat Operasi Senapati.
BACA JUGA: Sejarah Beredarnya Oeang Republik Indonesia
Dilansir dari situs maluku.go.id, Benteng Nieuw Victoria atau disebut juga Benteng Victoria berada di Desa Uritetu, Kecamatan Sirimau, Ambon, Provinsi Maluku.

Operasi militer merebut Maluku diberi nama Operasi Senapati.(Dok/30 Tahun Indonesia Merdeka)
Benteng Nieuw Victoria, dibangun oleh Portugis pada tahun 1575 dan pada awalnya diberi nama Nossa Senhora da Anunciada. Nama ini berkaitan dengan waktu peletakan batu pertama yang bertepatan dengan Hari Kenaikan Yesus Kristus (‘Anunciada’). Pada tahun 1605, benteng ini direbut oleh Belanda di bawah pimpinan Laksamana Steven van der Hagen dan diganti namanya menjadi Victoria. Akibat renovasi yang berulang dan berat karena bencana gempa bumi, benteng ini kemudian diberi nama baru ‘Nieuw Victoria’.
Dilansir dari 30 Tahun Indonesia Merdeka, proses perebutan Benteng Victoria dilakukan melalui Operasi RMS yang bermarkas di Makassar, Sulawesi Seltan. Setelah persiapan-persiapan yang dilakukan sebelumnya, pada 28 September 1950 pasukan TNI berhasil mendarat di Pulau Ambon. Gerakan operasi pendaratan di Pulau Ambon diberi nama Serangan Umum Senopati.
Operasi Senopati ini terbagi menjadi dua fase, yaitu gerakan operasi Senopati fase pertama dimulai sejak 28 September 1950 sampai dengan 2 November 1950. Fase kedua dimulai dari tanggal 3 November 1950 sampai dikuasainya seluruh Pulau Ambon.

Tentara Indonesia mengambil alih Benteng Victoria dari RMS.(Dok 30 Tahun Indonesia Merdeka)
Pasukan pendarat dipecah menjadi tiga grup. Grup I dipimpin oleh Mayor Achmad Wiranatakusumah, grup II dipimpin oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi, dan grup III dipimpin oleh Mayor Surjo Subandrio. Pendaratan ini dibantu oleh beberapa kapal perang ALRI dan satu skadron pesawat bomber milik AURI.
Dalam waktu beberapa hari, pasukan TNI dapat menguasai sebagian besar Pulau Ambon, kecuali di bagian selatan di tempat RMS memusatkan kekuatannya.
Pada 3 November 1950, pasukan grup Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan grup Mayor Surjo Subandrio bergerak bersama-sama untuk menyergap pertahanan RMS di Waitatiri.
Namun pada saat yang bersamaan, Komandan RMS juga merencanakan suatu serangan besar-besaran terhadap pos pertahanan TNI untuk mematahkan kepungan. Sehingga terjadilah pertempuran sengit antara pasukan RMS yang berintikan pasukan Baret Hijau dan Baret Merah (mantan Angkatan Udara Belanda) dengan pasukan TNI.

Pada masa Portugis, Benteng Victoria menjadi bagian penting perdagangan ke Eropa.(Dok maluku.go.id)
Di samping penyergapan kedua grup pasukan pimpinan Letnan Kolonel Slamet Rijadi dan Mayor Surjo Subandrio, pasukan grup pimpinan Mayor Achmad Wiranatakusumah yang belum mendarat, didaratkan di Benteng Victoria di punggung Kota Ambon dengan tujuan merebut Kota Ambon.
Dalam pertempuran beberapa jam di Waitatiri, pasukan RMS dapat dipukul mundur. Dua ribu orang sisa pasukannya bersenjatakan sten dan bren serta empat buah panser kemudian bergerak menuju kota Ambon untuk kembali bertahan. Pasukan Achmad Wiranatakusumah yang didaratkan pagi hari, pada sore harinya dapat menguasai keadaan.
Dalam sejarahnya, Benteng Victoria yang pada awalnya dibuat oleh Portugis tersebut dibangun dengan menggunakan perpaduan batu bata, kapur, dan batu alam. Ada dua pintu sebagai akses keluar dan masuk ke benteng, satu pintu menghadap ke laut dan satu pintu lainnya menghadap ke darat. Pada peta lama, pintu yang menghadap ke laut tersebut tegak lurus dengan dermaga. Keberadaan dermaga sangat penting kala itu karena berfungsi sebagai tempat bongkar dan muat rempah-rempah yang akan diekspor hingga ke pasar Eropa.(*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar