Kisah Haru Menteri Asal Ambon yang Tak Punya Jas dan Dasi

29 Oct 2019
  • BAGIKAN
  • line
Kisah Haru Menteri Asal Ambon yang Tak Punya Jas dan Dasi

Selain memiliki pengaruh terhadap kebijakan, sudah menjadi rahasia umum jika pejabat pemerintah juga memiliki kehidupan berkecukupan. Namun, tidak bagi Johannes Leimena. Meski seorang menteri, ia tetap hidup memprihatinkan.

Lelaki asal Ambon itu tidak memiliki pakaian yang pantas layaknya pejabat. Kemeja yang ia punya hanya dua helai. Jika satu dipakai, maka sisanya dicuci. Leimena juga tak punya jas dan dasi.

Bahkan dalam suatu perundingan, Leimena terpaksa meminjam jas dan dasi dari teman satu kamar. Beruntung ukuran kedua pria itu tak jauh berbeda. Meski tak nyaman, Leimena tetap memakainya.

BACA JUGA: John Lie, Penyelundup Senjata Pahlawan Bangsa

Johannes Leimena merupakan salah satu pahlawan nasional yang lahir di Ambon, Maluku, 6 Maret 1905, dan wafat pada 29 Maret 1977 di Jakarta. Ia merupakan Menteri Kesehatan pertama, 12 Maret 1946 sampai 2 Oktober 1946, dalam Kabinet Sjahrir II.

Ia merupakan tokoh politik yang paling sering menjabat sebagai menteri kabinet Indonesia, dan satu-satunya menteri Indonesia yang menjabat selama 21 tahun berturut-turut tanpa terputus.

Kiprah Johannes Leimena di Bidang Kedokteran

Pada tahun 1914, Leimena hijrah ke Batavia (Jakarta) untuk melanjutkan pendidikan di Europeesch Lagere School (ELS, setara SD). Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Setelah beberapa bulan sekolah, Leimena pindah ke Paul Krugerschool (kini PSKD Kwitang).

Setelah selesai di sana, ia melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO, setara SMP) Kristen, dan melanjutkan pendidikan kedokteran di School Tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA, cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia).

Keprihatinan Leimena atas kurangnya kepedulian sosial umat Kristen terhadap nasib bangsa, merupakan hal utama yang mendorong niatnya untuk aktif pada ‘Gerakan Oikumene’. Pada tahun 1926, Leimena ditugaskan untuk mempersiapkan Konferensi Pemuda Kristen di Bandung.

Konferensi ini adalah perwujudan pertama Organisasi Oikumene di kalangan pemuda Kristen. Setelah lulus studi kedokteran STOVIA, Leimena terus mengikuti perkembangan CSV yang didirikannya saat ia duduk pada tahun ke-4 di bangku kuliah. CSV merupakan cikal bakal berdirinya Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) tahun 1950.

Dengan keaktifannya di Jong Ambon, ia pun turut mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928, yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Perhatian Leimena pada pergerakan nasional kebangsaan semakin berkembang sejak saat itu.

BACA JUGA: Jejak Perjuangan Depati Amir di Tanah Pengasingan

Setelah menempuh pendidikan kedokterannya di STOVIA (1930), ia melanjutkan pendidikan di Geneeskunde Hogeschool (GHS – Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta yang diselesaikannya pada tahun 1939. Ia juga dikenal sebagai salah satu pendiri Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)

Leimena mulai bekerja sebagai dokter sejak tahun 1930. Pertama kali diangkat sebagai dokter pemerintah di CBZ Batavia (kini RS Cipto Mangunkusumo).

Tak lama kemudian, ia dipindahtugaskan di Karesidenan Kedu saat Gunung Merapi meletus. Setelah itu, dipindahkan ke Rumah Sakit Zending Immanuel Bandung. Di rumah sakit tersebut ia bertugas dari tahun 1931 sampai 1941.

Pada tahun 1945, Partai Kristen Indonesia (Parkindo) terbentuk dan pada tahun 1950, ia terpilih sebagai ketua umum dan memegang jabatan ini hingga tahun 1957.

Selain di Parkindo, Leimena ikut berperan dalam pembentukan Dewan Gereja Indonesia (DGI, kini PGI), juga pada tahun 1950, sebagai wakil ketua yang membidangi komisi gereja dan negara.

Ketika Orde Baru berkuasa, Leimena mengundurkan diri dari tugasnya sebagai menteri. Namun, ia masih dipercaya Presiden Soeharto sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) hingga tahun 1973.

Usai aktif di DPA, ia kembali melibatkan diri di lembaga-lembaga Kristen yang pernah ikut dibesarkannya seperti Parkindo, DGI, UKI, STT, dan lain-lain.

Ketika Parkindo berfusi dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI, kini PDI Perjuangan), Leimena diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDI, dan pernah pula menjabat Direktur Rumah Sakit DGI Cikini.

  • BAGIKAN
  • line