Keseruan Dalam Permainan Tradisional Kucing Jongkok

Permainan Kucing Jongkok atau Kucing-kucingan sudah lama populer di Indonesia. Berdasarkan catatan sejarah, permainan ini telah dimainkan anak-anak di Jawa sekitar tahun 1913.
Permainan tradisional Kucing Jongkok konon terinspirasi dari kebiasaan seekor kucing yang selalu kejar-kejaran dengan musuhnya seekor tikus. Biasanya didahului nyanyian seperti ini:
Sopo to sing glote’an
Jebul tikus goje’an
Tikus-tikus melayuwo kiyaine kucing teko…
Artinya:
Siapa yang berisik,
ternyata tikus lagi bermain,
wahai-tikus larilah, kucing (yang ditakuti) telah datang…

Permainan Kucing Jongkok atau Kucing-kucingan praktis dan mudah.(Dok/Kemendikbud)
BACA JUGA: Pletokan, Permainan Perang-perangan Khas Anak Desa
Bermain Kucing Jongkok sangat mudah. Hanya butuh beberapa orang anak kemudian dipilih dua orang dengan pembagian satu orang menjadi kucing dan satu orang lagi menjadi tikus.
Setelah ditentukan kucing dan tikusnya, pemain yang lainnya membentuk lingkaran sambil berpegangan tangan, menjadi tikus dari kejaran sang kucing. Jadi, tikus harus menyelamatkan diri dari kejaran sang kucing.
Permainan ini seru dengan adanya aturan para tikus tidak bisa ditangkap jika sedang jongkok. Jika sedang jongkok dilarang berdiri sendiri kecuali dibantu teman untuk berdiri dengan menempelkan tangan kepada temannya. Jika tikus tertangkap, tikus bergantian menjadi kucing selanjutnya.

Permainan Kucing Jongkok melatih anak-anak untuk memiliki daya tahan fisik yang bagus.(Dok/Kemendikbud)
Dari kesulitan menangkap teman yang jongkok inilah yang kemudian menginspirasi nama permainan tradisional ini menjadi Kucing Jongkok.
Permainan ini sangat seru jika dimainkan dengan banyak orang. Permainan kucing-kucingan ini juga tidak mengenal batasan usia karena bisa dimainkan oleh siapapun. Permainan kucing-kucingan ini juga bisa mengasah kelincahan. Kamu wajib mencoba permainan kucing-kucingan yang seru ini!
Selain cara bermain di atas, anak-anak bisa juga bermain Kucing Jongkok dengan cara suit yakni yang jadi kucing yang kalah atau memang, kemudian semua gambreng.

Sekelompok anak bermain Kucing Jongkok saat mengisi waktu istirahat.(Dok/Kemendikbud)
Kalau yang jadi kucing yg menang, semua gambreng, tangan dikumpulkan bertumpuk, kemudian nyanyi ‘hom pimpah alaium gambreng’ sambil ngangkat tangan ke udara, kemudian perlihatkan telapak tangan atau punggung tangan kita, terserah mau yang mana.
Kalau salah satu ada yang beda, misal yang lain punggung tangan, satu orang telapak tangan, berarti dia yang menang, langsung jadi kucing, harus mengejar temannya yang jadi tikus supaya ganti jadi kucing.
Kalau yang jadi kucing yang kalah, semua gambreng, yang menang keluar dari kelompok, begitu terus sampai tinggal dua orang, dua orang ini harus suit tiga kali yang kalah tiga kali yang jadi kucing.

Permainan Kucing Jongkok sering disebut juga Kucing-Kucingan dan Kucing dan Tikus.(Dok/Kemendikbud)
Kalau tikus mau selamat dari kucing, waktu kucing sudah dekat, langsung jongkok. Tapi baru bisa ‘hidup’ lagi kalau ada teman yang masih jadi tikus membangunkan.
Permainan Kucing Jongkok sangat seru sebagai permainan yang dimainkan sore hari atau siang hari. Permainan tradisional ini melatih kekuatan fisik anak dan membina karakter anak-anak dalam hal kemampuan bersosialisasi. Selain itu, permainan ini tidak membutuhkan alat sehingga praktis untuk dimainkan kapan dan di mana saja.(*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar