John Lie, Penyelundup Senjata Pahlawan Bangsa

2 Nov 2019
  • BAGIKAN
  • line
John Lie, Penyelundup Senjata Pahlawan Bangsa

Kita mengenal sosok Tjokroaminoto, Soetomo, Agus Salim, Tuanku Imam Bonjol, Tan Malaka, dan Mohammad Hatta sebagai pahlawan nasional.

Mereka memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan caranya masing-masing, mulai dari bergerilya, berhadapan langsung hingga perjuangan politik.

Menariknya, para pahlawan nasional bukan hanya datang dari orang-orang bumiputera saja, melainkan juga pendatang atau keturunan. Misalnya Douwes Dekker yang memiliki darah Belanda dan Jerman.

Sementara, pejuang yang punya darah Tionghoa cukup banyak, Salah satunya Laksamana Muda TNI (Purn.) John Lie Tjeng Tjoan.

Pria yang dikenal sebagai Jahja Daniel Dharma ini dikenal sebagai sosok yang pemberani. Lahir di Manado, Sulawesi Utara, Hindia Belanda, 9 Maret 1911 ia nekat kabur dari rumahnya ke Batavia saat usianya 17 tahun.

BACA JUGA: Douwes Dekker, Pejuang Berdarah Kolonial yang Belanda

Alasannya sederhana, John Lie ingin menjadi seorang pelaut. Ia rela merantau meskipun ayahnya cukup mapan karena memiliki perusahaan pengangkutan Vetol (Veem en Transportonderneming Lie Kay Thai).

Di Batavia, ia menjadi buruh pelabuhan sembari belajar kursus navigasi. Cita-citanya pun terlaksana. Ketika merasa cukup ahli, John Lie bekerja menjadi klerk mualim III di kapal milik perusahaan pelayaran asal Belanda, Koninklijk Paketvaart Maatschappij.

Ia kemudian mendapat pelatihan militer saat bertugas di Royal Navy,Teluk Persia tahun 1942.

John Lie. (Ist)

John Lie. (Ist)

Jejak Perjuangan

Saat berada di Royal Navy, Teluk Persia, John mengetahui kalau Perang Dunia II berakhir dan Indonesia telah merdeka. Ia kemudian memutuskan pulang ke tanah air bersama pelaut Indonesia lainnya.

Saat kembali tahun 1946, ia bergabung dengan Kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) hingga akhirnya diterima di Angkatan Laut RI. Saat pertama masuk, ia ditugaskan di Cilacap, Jawa Tengah dengan pangkat kapten.

Jabatannya naik menjadi Mayor setelah berhasil menyingkirkan ranjau yang ditanam Jepang untuk menghadapi pasukan sekutu.

Kecakapannya dalam strategi berperang membawa John menjadi pemimpin kapal cepat The Outlaw. Ia bertugas untuk menembus blokade Belanda untuk menyelundupkan senjata, bahan makanan, dan lainnya.

Dalam buku Sejarah Kemiliteran: Sejak Nusantara sampai Indonesia, John Lie adalah tokoh sentral dalam menyelundupkan senjata bagi pejuang Indonesia.

Tak hanya itu, bahkan nilai komoditas yang diselundupkan John mencapai US$3 juta per bulan. Daerah operasinya meliputi Singapura, Penang, Bangkok, New Delhi, Manila, dan Rangoon.

Licin bak Belut

Disebutkan pula bahwa John Lie sangat licin dalam melakukan operasi penyelundupan. John Lie sempat ditangkap perwira Inggis karena membawa 18 drum minyak kelapa sawit. Namun, saat di pengadilan di Singapura, ia dibebaskan karena terbukti tak bersalah.

Kisah lainnya, ketika John Lie selamat saat dihadang pesawat terbang patroli Belanda.

Saat itu, ia membawa muatan senjata semi-otomatis dari Johar menuju Sumatra. John sempat ditodongkan senjata dan mengaku kapalnya sedang kandas.

Entah karena alasan apa, komandan pesawat tidak mengeluarkan perintah tembak. Justru pesawat itu langsung pergi tanpa insiden apa pun. Ada yang mengatakan kalau pesawat patroli itu hampir kehabisan bahan bakar.

Usai menyerahkan senjata ke Bupati Usman Effendi serta Komandan Batalyon Abusamah, John Lie kembali ke Port Swettenham di Malaya.

Setelah itu, ia diperintahkan untuk mendirikan pangkalan Angkatan Laut yang menyuplai beberapa keperluan bagi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sementara, kapal yang digunakan John resmi menjadi milik Indonesia dengan nama resmi PPB 58 LB.

Jadi Pahlawan Nasional

John Lie memang sangat berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Meski demikian pengangkatan John sebagai pahlawan nasional butuh proses panjang. Hingga akhirnya pada tahun 2009 ia resmi menjadi Pahlawan Nasional.

  • BAGIKAN
  • line