Gasing, Permainan Tradisional yang Setua Peradaban Nusantara

4 Sep 2021
  • BAGIKAN
  • line
Gasing, Permainan Tradisional yang Setua Peradaban Nusantara

Gasing tercatat salah satu permainan tradisional tertua di Indonesia. Permainan Gasing atau Gangsing sudah lama dimainkan masyarakat Melayu tua bahkan menyebar di pelbagai belahan Nusantara hingga Asia Tenggara.

Berdasarkan data yang dinukil dari buku Gasing Indonesia, permainan tradisional ini belum terekam dalam naskah-naskah kuno maupun data arkeologi baik artefak maupun non artefak. Ketiadaan data tersebut menyulitkan untuk menentukan sejarah penyebaran permainan gasing.

BACA JUGA: Patah Kaleng, Permainan Street Football Ala Anak-Anak Papua

Kesulitan lain untuk melacak jejak permainan Gasing adalah wilayah asalnya. Soalnya, setiap daerah memiliki gasing dengan bentuk yang berbeda meski cara mainnya sama. Di Nusa Tenggara Timur (NTT) menyebut gasing dengan Koti atau Kotir. Bentuknya agak bundar meski tetap menunjukkan ciri khas utama gasing terbuat dari kayu yang keras dan alot.

permainan gasing

Gasing biasanya dibuat dari kayu yang keras dan alot.(Dok/Kemendikbud)

Permainan ini terbuat dari kayu. Hampir di setiap pulau dan daerah di Indonesia memiliki permainan ini. Namun, di beberapa daerah gasing memiliki bentuk dan nama yang berbeda-beda.

Di Jakarta dan Jawa Barat permainan ini dikenal dengan nama panggal; di Lampung masyarakat menyebutnya pukang; di Jambi, Bengkulu Tanjungpinang, dan wilayah kepulauan Riau, Sumatra Barat dikenal dengan gansing; di Kalimantan Timur begasing; bali megangsing; di Nusa Tenggara Barat magasing; dan di Maluku apiong. Namun, seiring perjalanan waktu permainan ini sudah mulai tenggelam, kalah dengan permainan impor yang lebih modern.

permainan gasing

Gasing biasanya dimainkan bersama teman atau sendiri.(Dok/Kemendikbud)

Permainan ini dapat dimainkan oleh anak-anak, orang dewasa dan orang tua. Biasanya, permainan ini dimainkan di pekarangan atau halaman rumah yang kondisi tanahnya datar dan keras. Untuk memainkan permainan ini menggunakan tali, yang dililitkan pada padang gangsing, lalu ditarik sekuatnya. Sehingga gangsing akan berputar hebat.

Sementara di NTT, khususnya Kabupaten Ende dan Nagekeo, permainan gasing sedikit berbeda. Bermain gasing selalu melibatkan dua atau lebih anak. Pemain pertama bertugas memutarkan gasing di tanah dengan menggunakan tali, sedangkan pemain kedua menimpuknya dengan menggunakan gasing. Kalau kena dan gasingnya langsung berhenti putar serta keluar dari garis maka pelemparnya mendapat poin atau dinyatakan sebagai pemenang. Selain itu, gasing dari pemain yang melempar atau menimpuk harus dalam keadaan berputar. Jika gasingnya tidak berputar maka tidak dihitung sebagai poin.

bentuk gasing

Gasing bentuknya biasa beragam namun untuk memainkannya butuh bantuan tali.(Dok/Kemendikbud)

Permainan Gasing di Ende dan Nagekeo sangat menyenangkan. Karena menggunakan poin atau dalam bahasa Nagekeo ‘Ati’ maka setiap pemain berlomba-lomba menampilkan gasing terbaik dan tidak rusak saat ditimpuk atau dilempar gasing lain.

Permainan Gasing di NTT biasanya dilakukan setelah musim panen. Bahkan sering dijadikan perlombaan antaranak di desa-desa. Namun kini, permainan gasing sudah tidak lagi terlalu populer. Meski demikian, masih ada anak-anak yang rutin bermain gasing.

bermain gasing

Permainan Gasing memiliki nilai edukasi bahwa hidup butuh keseimbangan.(Dok/Kemendikbud)

Dibalik kesederhanannya, ternyata permainan gasing memiliki nilai filosofi yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Gasing dibuat dengan proporsi bobot yang seimbang, dan bentuknya pun tidak boleh cacat sebelah, agar saat diputar pun akan bertahan lama. Hidup juga seperti itu, jika bisa menyeimbangkan kehidupan, baik aspek perbuatan dan ucapan. Dalam keseimbangan kehidupan bisa bertahan lebih lama.

Yuk, kita main gasing bersama-sama.(*)

  • BAGIKAN
  • line