Fakta-Fakta Unik dan Mengesankan Terkait Candi Muaro Jambi

Candi Mauro Jambi termasuk salah satu masterpiece peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Candi yang terletak di tepi Sungai Batang Hari, Danau Lamo, Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi ini merupakan salah satu candi terluas di Asia Tenggara.
Pertama kali ditemukan, Candi Muaro Jambi terkubur di antara semak-semak dan bangunannya sebagian besar sudah ambruk bahkan yang tersisa hanya potongan bata yang bertumpukan. Pemerintah melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya melakukan pemugaran dan restorasi dan kini Candi Muaro Jambi sudah menjadi destinasi wisata sejarah di Provinsi Jambi.
BACA JUGA: Sedapnya Dadiah, Yoghurt Tradisional Khas Minang
Kamu yang datang ke Candi Muaro Jambi bisa menggunakan perahu kecil untuk menyeberangi Sungai Batang Hari. Setelah itu, para wisatawan bisa melihat jenis bangunan, arsitektur, dan teknologi lansekap yang cantik dan menggambarkan tahapan signifikan dalam pemukiman manusia tradisional mewakili nilai-nilai dan interaksi budaya.

Candi Muaro Jambi termasuk saksi kejayaan Kerajaan Sriwijaya.(BPCB Jambi)
Terdapat fakta-fakta unik terkait Candi Muaro Jambi yang perlu kamu ketahui. Candi yang dibangun pada masa keemasan Kerajaan Sriwijaya itu merupakan candi Buddha. Berikut fakta-fakta menarik seputar Candi Muaro Jambi.
Pada tahun 2009, lembaga PBB UNESCO memasukan Candi Mauro Jambi sebagai salah satu warisan dunia. Situs budaya pada kompleks Candi Mauro Jambi melambangkan nilai-nilai kemanusiaan pada periode Buddha. Hal ini terbukti melalui pembangunan kuil yang didasarkan kepercayaan dan pandangan hidup Buddha.
Selain itu, Candi Muaro Jambi usianya lebih tua dari Candi Borobodur. Meski sama-sama candi Buddha, Candi Muaro Jambi diperkirakan dibangun pada abad ke-7 Masehi sedangkan Candi Borobudur sekitar abad ke-8 hingga ke-9 Masehi.
Situs sejarah ini mungkin tidak sepopuler candi lain di Pulau Jawa, tapi Candi Muaro Jambi diyakini sebagai salah satu pusat pengembangan agama Buddha. Pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Candi Muaro Jambi dianggap sebagai aset di bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata, agama, sosial, dan ekonomi.

Candi Muaro Jambi disebut delapan kali lebih luas dari Candi Borobudur. (BPCB Jambi)
Fakta yang tak kalah menarik, Candi Muaro Jambi dibangun dalam sebuah komplek atau gugusan yang luas. Area candi delapan kali lebih luas dari Candi Borobudur. Luas komplek Candi Muaro Jambi mencapai 12 kilometer persegi yang setara dengan delapan kali lebih luas daripada Candi Borobudur. Candi Muaro Jambi membentang sepanjang 7,5 kilometer dari barat ke timur tepian Sungai Batanghari.
Dalam kompleks candi terdapat beberapa candi yakni Candi Vando Astano, Candi Gedong 1, Candi Gedong 2, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar Batu dan kolam Talaga Rajo.
Kalau kamu perhatikan konstruksi Universitas Nalanda di India pada masa awalnya, maka bentuknya mirip dengan Candi Muaro Jambi. Maka tak heran, sejumlah arkeolog dan sejarawan menyebutkan Candi Muaro Jambi merupakan universitas peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Saat ajaran Budha Dharma di India mengalami kehancuran akibat invasi, Universitas Nalanda diperkirakan berpindah ke Sumatera. Bangunan universitas yang dipakai untuk belajar itulah yang saat ini diperkirakan sudah berbentuk Candi Muaro Jambi yang bersejarah dan sangat luas area candinya.

Kompleks Candi Muaro Jambi terdapat sejumlah candi lain yang saling berkaitan.(BCPB Jambi)
Diketahui bahwa Candi Muaro Jambi adalah salah satu universitas, alias kampus, peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Ada kemiripan antara Candi Muaro Jambi dengan Universitas Nalanda di India. Diduga saat Kerajaan Sriwijaya berjaya sekitar tahun 784, mereka mengutus mahasiswanya untuk belajar di Universitas Nalanda. Sriwijaya juga diketahui membangun 2.000 kamar dan satu perpustakaan untuk mahasiswanya di India.
Candi ini memiliki luas sekitar 12 km persegi dengan panjang lebih dari 7 km serta luas nya mencapai 260 hektar. Kompleks Percandian Muaro Jambi secara total berisi 61 bangunan candi yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah (menapo) yang belum digali (diokupasi).
Kompleks Percandian Muaro Jambi pertama kali ditemukan pada tahun 1824 masehi oleh seorang letnan Inggris yang bernama S.C Crooke yang tengah melakukan pemetaan di daerah aliran sungai untuk kepentingan militer. Baru pada tahun 1975, Pemerintah Indonesia melakukan pemugaran yang lebih serius. Berdasarkan pada aksara jawa kuno yang ditemukan pada beberapa lempeng bangunan candi yang ditemukan, Pakar Epigrafi menyimpulkan bahwa kompleks candi ini peninggalan dari sekitar abad ke-9 hingga 12 masehi.

Keberadaan arca Gajahsimha menunjukkan bahwa Candi Muaro Jambi dulunya sebuah lembaga pendidikan atau universitas.(BPCB Jambi)
Kompleks percandian Muaro Jambi memiliki keistimewan tersendiri dari segi arsitekturnya, candi ini memiliki bentuk dan corak yang sangat berbeda dibandingkan dengan candi yang di temukan di Pulau Jawa dimana untuk membuat Candi Muaro Jambi bukan berasal dari batu kali atau batu alam yang biasa ditemukan di candi lain, melainkan dari batu bata merah dimana setiap batu terdapat pahatan relief. Jika ditinjau dari segi corak arsitekturnya candi ini beberapa komplek percandian didominasi corak khas peninggalan ajaran Buddha, khususnya Buddha Tantarayana, meski demikan ada beberapa bangunan terpangurah ajaran hindu.
Di kompleks candi gumpang ditemukan arca Pradnjaparamita alias arca dewi kesuburan, yang banyak persamaan dengan arca pradnjaparamita di zaman Kerajaan Singosari. Di dalam kompleks ini bukan hanya ditemukan beberapa candi tetapi juga terdapat parit atau kanal kuno buatan manusia. Kolam tempat penampungan air serta gundukan tanah yang didalamnya terdapat struktur bata kuno. Dalam kompleks tersebut terdapat minimal 85 buah menapo (gundukan) yang saat ini masih dimiliki oleh penduduk setempat.
Selain peninggalan berupa bangunan, di kompleks tersebut juga ditemukan arca Pradnjaparamita , Dwarapala, gajah simha, umpak batu, lumpung/lesung batu, gong perunggu dengan tulisan Cina, mantra Budhis yang ditulis pada kertas emas, keramik asing, tembikar, belangga besar dari perunggu, mata uang Cina, manik-manik , bata-bata bertulis, bergambar dan bertanda, fragmen pecahan arca batu, batu mulia serta fragmen dari besi dan perunggu.
Selain candi pada kompleks tersebut juga ditemukan gundukan tanah (gunung kecil) yang juga buatan manusia. Oleh masyarakat setempat gunung kecil tersebut disebut sebagai Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak. Meskipun dibuka untuk umum, namun kamu juga harus berhati-hati saat mengunjunggi obyek wisata ini. Hal ini di karenakan, bahan dasar candi tersebut terbuat dari batu bata, sehingga cukup mudah rusak.(*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar