Erupsi Hebat Merapi dan Wafatnya Mbah Maridjan

Hari ini masyarakat DI Yogyakarta dan Jawa Tengah mengenang peristiwa alam erupsi Gunung Merapi yang menelan korban jiwa sekitar 242 orang. Salah satu korban yang wafat dalam erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010 tersebut yakni sang juru kunci Mbah Maridjan.
Dilansir dari berbagai sumber, erupsi Merapi 2010 membuat rekor baru dalam luncuran awan panas yaitu sekitar 15 kilometer dari puncak Merapi menuju Cangkringan. Berdasarkan laporan dari laman bnpb.id, erupsi Merapi berdampak pada berbagai sektor yakni pemukiman, infrastruktur, sosial, ekonomi yang mengakibatkan terganggunya aktivitas umum di sekitar Gunung Merapi.
BACA JUGA: Tubagus Muslihat, Pahlawan yang Gugur di Usia Muda
Pada tanggal 26 Oktober 201`0 sekitar pukul 17.02 WIB Gunung Merapi meletus. Aktivitas seismik Gunung Merapi dimulai pada akhir September 2010 hingga menyebabkan letusan. Merapi meletus dan memuntahkan awan panas setinggi 1,5 kilometer. Gulungan awan panas meluncur turun melewati kawasan pemukiman, Terjadi tiga kali letusan yang ditandai dengan suara dentuman yakni pukul 18. 10 WIB, 18. 15 WIB dan 18. 25 WIB.

Debu dan awan panas Gunung Merapi menutupi pemukiman warga.(Dok BNPB Indonesia)
Hingga tanggal 13 November 2010 pukul 00.00 – 07.00 WIB Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi masih tinggi. Dengan kondisi tersebut, maka status aktivitas Gunung Merapi masih tetap pada tingkat Awas (level 4) dengan ancaman bahaya berupa awan panas dan lahar. Total korban meninggal dunia sebanyak 242 orang (Prov. DI Yogyakarta 188 orang dan Prov. Jawa Tengah 54 orang). Korban yang dirawat: lebih dari 500 orang.
Salah satu korban yang wafat dalam erupsi Gunung Merapi yaitu Mbah Maridjan. Mbah Maridjan dianggap sebagai cerminan manusia Jawa yang sederhana, bersahaja, dan kental akan kearifannya.
Dalam menjalankan peran sebagai juru kunci, Mbah Maridjan menggunakan kacamata naluriah dan kebiasaan niteni (mengamati) aktivitas Gunung Merapi. Oleh sebab itu, secara tidak langsung berkat kharismanya, Mbah Maridjan dianggap sebagai tokoh penting di mata masyarakat sekitar lereng Gunung Merapi.

Debu merapi menutupi pemukiman warga di sekitar Gunung Merapi.(Dok BNPB Indonesia)
Mengutip Jurnal Analisis, edisi 2013, lahir pada 5 Februari 1927, Mbak Maridjan merupakan seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta. Perannya sebagai juru kunci Gunung Merapi dilakoni sejak 1982 atas amanah dari Sri Sultan Hamengkubawana IX. Sebelumnya, peran juru kunci Gunung Merapi dipegang oleh ayah Mbah Maridjan, Mbah Turgo, yang juga merupakan abdi dalem Keraton Yogyakarta.
Adapun pemilihan Mbah Maridjan sebagai kuncen Gunung Merapi sebab Mbah Maridjan merupakan sosok yang memiliki pemahaman mendalam tentang Gunung Merapi. Dikutip dari etd.repository.ugm.ac.id, Mbah Maridjan dianggap sebagai cerminan manusia Jawa yang sederhana, bersahaja, dan kental akan kearifannya.

Juru kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan.(Dok/ BNPB Indonesia)
Dalam menjalankan peran sebagai juru kunci, Mbah Maridjan menggunakan kacamata naluriah dan kebiasaan niteni (mengamati) aktivitas Gunung Merapi. Oleh sebab itu, secara tidak langsung berkat kharismanya, Mbah Maridjan dianggap sebagai tokoh penting di mata masyarakat sekitar lereng Gunung Merapi.
Mbah Maridjan menikah dengan Ponirah dan dikaruniai sepuluh orang anak, dengan salah satu anak Mbak Maridjan adalah seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta dan dikabarkan akan meneruskan peran sebagai kuncen Gunung Merapi, sebagaimana dijelaskan dalam laman digilib.uin-suka.ac.id. Nama Mbah Maridjan semakin dikenal saat peristiwa erupsi Gunung Merapi pada 2006.

Mbah Maridjan begitu populer saat Gunung Merapi meletus.(Dok/BNPB Indonesia)
Mbah Maridjan juga dikenal sebagai sosok yang menunjukkan nilai-nilai kesetiaan tinggi. Hingga akhir hayatnya, Mbah Maridjan bersikukuh tidak meninggalkan Gunung Merapi meskipun gunung api itu telah memuntahkan lava pijar dan awan panas. Walaupun saat itu, Mbah Maridjan dinilai bersikap mbalelo atau menentang perintah Sri Sultan HB X dan Wakil Presiden RI saat itu, Jusuf Kalla, untuk turun gunung. Namun, semata-mata Mbah Maridjan lakukan guna menjalankan tugas yang diamanahkan kepada dirinya selaku Juru Kunci Gunung Merapi.
Pada 26 Oktober 2010, Gunung Merapi mengeluarkan awan panas setinggi 1,5 km yang melewati permukiman tempat tinggal Mbah Maridjan. Kejadian tersebut menelan korban jiwa, dengan salah satu korban diduga sebagai jasad Mbah Maridjan. Akhirnya, 27 Oktober 2010, Tim SAR mengonfirmasi bahwa salah satu dari 16 jasad tersebut adalah jasad Mbah Maridjan.(*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar