Berwisata Sambil Belajar Sejarah di Candi Lawang

Boyolali, mungkin lebih populer dikenal daerah penghasil susu sapi. Namun bukan berarti wilayah itu tidak memiliki pesona lain yang layak ditelusuri. Ada beberapa tempat bersejarah di Boyolali yang sayang kalau dilewatkan begitu saja, salah satunya Candi Lawang.
Candi Lawang terletak di Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Candi Lawang adalah salah satu candi peninggalan kerajaan Mataran Hindu. Diperkirakan periodesasi candi ini sekitar 750–800 Masehi. Struktur bangunan dari Candi Lawang ini juga menyerupai Candi Prambanan yang ada di Jogja. Candi Lawang pertama kali ditemukan oleh seorang arkeolog Belanda pada tahun 1972.
BACA JUGA: Benteng Indra Patra, Saksi Bisu Kerajaan Hindu di Serambi Mekah
Candi ini memang tidak begitu besar, namun usianya tak bisa dibilang muda. Candi Lawang merupakan peninggalan kerajaan Hindu ratusan tahun yang lalu.Jika diperhatikan dengan seksama, Candi Lawang memiliki struktur bangunan menyerupai Candi Prambanan, yakni tiga candi utama dan tiga candi perwara. Karena banyaknya jumlah candi, tempat ini lebih tepat disebut sebagai kompleks Candi Lawang.
Ada 5 struktur bangunan yang ada di Candi Lawang: Candi Induk, Candi Prawira I, Candi Prawira II, Candi Prawira III dan Candi Prawira IV. Candi Induk tersebut masih tampak utuh hingga kini, mulai dari batur, kaki candi dan pintu, namun tanpa atap. Ada juga Yoni (tanpa lingga) yang mengeluarkan rembesan air dari lubang Yoni-nya. Sedangkan Candi-candi Prawira di kompleks Candi Lawang hanya menyisakan atap candi saja sehingga sampai sekarang belum dilanjutkan pemugarannya dan tumpukan batunya dibiarkan dalam kelompoknya masing-masing. Disebut Candi Lawang karena ada sebuah pintu besar yang ada di Candi Induk. Dalam bahasa jawa, “lawang” berarti pintu. Masyarakat sekitar pun menamakan candi tersebut sebagai Candi Lawang.
Mengapa diberi nama Candi Lawang? Karena yang terlihat mencolok dari candi ini adalah bentuk lawangnya (pintu), bagian candi lainnya sudah berubah menjadi reruntuhan. Pada bangunan utama candi terdapat yoni dan lingga, sebagaimana ciri candi Hindu kebanyakan, tetapi uniknya dibawah yoni ada sumur, seperti tempat keluarnya air. Perbedaan candi ini dengan yang lainnya, tidak ditemukan relief manusia, hanya ornament-ornamen pada batu candi.
Langgam Candi sendiri dilihat dari bentuk pembingkaian kaki dan bagian tubuh yang berbentuk genta dan setengah lingkaran. Ragam penghias bangunan ornamental Candi Lawang berupa antefiks dan hiasan untaian bunga, serta hiasan geometris antara lain motif gawang (kotak-kotak). Candi perwara di sebelah utara dan selatan berdenah bujur sangkar, sedangkan di sebelah timur berdenah persegi panjang. Temuan arca di sekitar Candi Lawang selain yoni, ada Arca Agastya dan Arca Durga yang kini disimpan di Museum Radya Pustaka Solo.
Sementara latar belakang masyarakat yang membangun candi diketahui dari penemuan Yoni. Di agama Hindu, Yoni beserta lingga adalah identifikasi yang sangat signifikan. Lingga adalah objek pemujaan utama dan biasanya berada di atas Yoni. Lingga merupakan simbol Dewa Siwa dan Yoni merupakan simbol dari istrinya atau juga menggambarkan kesuburan.
Selain itu, hawa sejuk yang ada di daerah Cepogo semakin menambah keelokan Candi Lawang. Kamu bisa menikmati keindahan alam sembari diseka semilir angin pegunungan. Buat traveler sekaligus suka tempat-tempat bersejarah, Candi Lawang layak jadi destinasi wisata kamu.(*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar