Arif Rahman Hakim, Mahasiswa yang Dipuji Jenderal A.H. Nasution

Buat yang tinggal di Depok atau hilir mudik di sana pasti tahu dengan nama jalan Arif Rahman Hakim.
Jalan tersebut membentang antara ruas Jalan Nusantara di sisi barat dan Jalan Margonda di sisi timur. Bukan hanya Depok, Arif Rahman Hakim juga disematkan pada nama jalan di beberapa kota lain seperti Cianjur, Bekasi, dan Tangerang.
Lantas siapakah Arif Rahman Hakim, sehingga ia cukup populer dan layak dijadikan nama Jalan di beberapa kota di Indonesia?
Kalau mencarinya di deretan tokoh Pahlawan Nasional, kamu tak akan mendapatkan apa-apa. Sebab Arif Rahman Hakim hanyalah seorang mahasiswa yang hidup di masa Orde Lama.
Pria kelahiran Padang, Sumatra Barat, 24 Februari 1943 itu adalah martir pertama yang menggerakan massa dalam jumlah besar untuk melakukan demonstrasi pada tahun 1966.
Pada Selasa, 24 Februari 1966, massa yang didominasi mahasiswa menuntut Tritura atas pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Sukarno. Mereka melakukan aksi penyetopan kendaraan di wilayah strategis ibu kota, mengempesi ban-ban hingga menjadikan lalu lintas lumpuh.
Tewas ditembak AK-47
Namun, ada peristiwa lain yang membuat sejarah demonstrasi tersebut semakin kelam. Arif Rahman Hakim menjadi salah satu demonstran yang tewas tertembak oleh peluru senjata AK-47.
Jaket kuning yang dikenakan Arif berlumuran darah. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pun mengembuskan napas terakhir pada hari itu juga.
Sayangnya, pelaku penembakan tersebut tak diungkap dengan benar. Maulwi Saelan, ajudan pribadi Presiden Sukarno mengatakan Resimen Tjakrabirawa tak bersalah, melainkan anggota Pom Dam yang bertugas di garnizun ibu kota.
Maulwi juga berusaha mendapatkan visum Arif. Sayangnya hingga Resimen Tjakrabirawa, Mauwi tak mendapatkan visum tersebut.
Dipuji Jenderal A.H. Nasution
Gugurnya Arif Rahman Hakim meninggalkan duka cukup mendalam bagi rakyat Indonesia. Saat itu pula, nama Arif Rahman Hakim dipuji-puji orang terdekat Sukarno yakni Jenderal A.H. Nasution. Menurut sang jenderal, Arif Rahman sangan layak disebut pahlawan AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat).
Kematian Arif menimbulkan kemarahan yang luar biasa. Pada 9 Maret, massa KAPPI dan Laskar Arif Rahman Hakim berhasil menduduki gedung Departemen Pendidikan dan kantor berita Hsin Hua.
Sebelumnya Laskar Arif Rahman Hakim menyerang Departemen Luar Negeri. Mereka melenggang bebas karena dilindungi tentara.
Gejolak yang semakin besar ini menimbulkan kekhawatiran dalam diri Sukarno.
Ia memutuskan untuk terbang ke Istana Bogor dan membuat rapat penting bersama segelintir orang penting. Pada pertemuan inilah keluar Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Kelak Supersemar dimanfaatkan Soeharto untuk menggulingkan Sukarno.
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar