Ahmad Yani, Jenderal yang Antikomunis

Ahmad Yani merupakan salah satu pahlawan revolusi dan nasional Indonesia. Namun, siapa yang mengira dirinya menjadi sosok yang sangat dekat dengan Presiden Soekarno, bahkan bisa dibilang kesayangan.
Pada masa itu, hanya sosok Yani yang bisa kebijakan Sukarno mengenai PKI, secara lebih halus dan dapat diterima. Sebagai orang Jawa, Yani memperlakukan Soekarno sebagai seorang “bapak”. Meski bertindak salah namun tidak boleh ditentang secara terbuka. Hal tersebut yang membuat Yani lebih mudah masuk menjadi bagian dari lingkungan Istana Sukarno.
BACA JUGA: Black Marlin, Ikan Tercepat di Dunia
Ahmad Yani lahir pada 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo. Ayahnya bernama Sarjo bin Suharyo dan ibunya, Murtini. Pada tahun 1927, mereka merantau ke Bogor karena sang ayah bekerja untuk seorang jenderal Belanda. Pada masa kecilnya ia memulai sekolah di HIS (setingkat SD) di Bogor dan selesai pada 1935.

Ahmad Yani dikenal sebagai tokoh TNI AD yang tegas menolak PKI.(Dok/Puspen TNI)
Kemudian, ia melanjutkan sekolah ke MULO di Bogor dan lulus pada 1938. Selanjutnya masuk ke AMS di Jakarta, di AMS, Yani hanya hingga kelas dua. Pada masa itu, di sana Yani harus mengikuti program wajib militer yang dicanangkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Pada akhirnya, ia mengikuti pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang dan dilanjutkan di Bogor.
Selain itu, Ahmad Yani juga terkenal dengan banyak prestasi selama dirinya berkarier di dunia militer. Berikut beberapa Prestasi Ahmad Yani selama berkarier, di antaranya, Ahmad Yani menjadi salah satu pasukan yang berhasil memindahkan senjata Jepang di Magelang. Pada saat Agresi Militer I, Achamd Yani diangkat sebagai Komando TKR Purworejo dan pasukannya berhasil menahan Belanda di daerah Pingit. Pada saat Agresi Militer II, Achamd Yani dipercaya sebagai Komandan Wehrkreise II meliputi daerah pertahanan Kedu.
Pada saat Belanda mengakui penguasaan Indonesia, Ahmad Yani mencatat di Tegal, Jawa Tengah, dengan jabatan Letnan Jenderal. mendapatkan mandat, untuk membentuk pasukan khusus yang diberi nama Benteng Raiders. Pasukan tersebut untuk mengakhiri pasukan DI/TII.

Ahmad Yani sukses memadamkan sejumlah pemberontakan di Tanah Air.(Dok/Puspen TNI)
Berkat kecerdasan dan keberaniannya, Ahmad Yani dibiayai Angkatan Darat untuk memperdalam ilmu militer di Command and College Fort Leaven Worth, Kansas, USA selama sembilan bulan. Setelah itu, Yani juga mengikuti pendidikan selama dua bulan di Special Warfare Course di Inggris.
Dilaporkan dari Historia, Yani juga memiliki reputasi yang sangat baik di mata Istana. Saat pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner) terjadi di Sumatera Barat, Ahmad Yani yang saat itu mengangkat Kolonel berhasil membuat pemberontahan PRRI.
Kemudian dirinya kepala Staf Komando Operasi Tertinggi (KOTI) yang berada di bawah komando presiden. Dalam waktu empat tahun sejak memimpin Operasi 17 Agustus di Padang, nama Yani terus melesat. Sebagai perwira profesional, Yani memperoleh kepercayaan untuk dilantik oleh Presiden Sukarno sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada 23 Juni 1962.
Dalam buku 99 Tokoh Muslim Indonesia (2009) oleh Salman Iskandar, Jenderal Ahmad Yani terkenal sebagai seorang tentara yang berseberangan dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Saat menjadi Menteri atau Panglima Angkatan Darat pada 1962, dirinya menolak keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani.

Ahmad Yani selalu menghormati Presiden Sukarno dengan sebutan ‘Bapak’.(Dok/Puspen TNI)
Pada 1 Oktober, Ahmad Yani menjadi salah satu korban penculikan G30S, saat akan dijemput, Achamd Yani menolak untuk ikut serta. Karena melakukan perlawanan, Ahamd Yani mendapat serangan tembak hingga tewas di depan kamar tidurnya. Setelah tewas, jenazah Ahmad Yani dibawa ke Lubang Buaya dan dimasukkan ke dalam sebuah sumur tua bersama enam korban lainnya.
Pada 4 Oktober 1965, jenazah ditemukan dan dimakamkan dengan layak di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Oleh negara, Jenderal Anumerta Ahmad Yani dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Revolusi berdasarkan SK Presiden Nomor III/KOTI/1965.
Semasa hidupnya Ahmad Yani dikenal sebagai sosok yang teguh dan setia membela negara dan bangsa yang dicintainya. Perjuangannya selalu dikenang rakyat dan bangsa Indonesia.(*)
Berikan tanggapanmu di sini
Belum ada komentar